oleh RIDWAN NUR
ARIFIN
terinspirasi oleh Bu Sri Rumani dan Pak Ali Sodiqin
Diruang yang nyaman, tapi agak
dingin karena AC nya terlalu besar. Saat itu saya mendengar dosen saya, Bu Sri
Rumani berkata “Jadi, Pustakawan itu dilarang galau”, seketika itu inspirasi mulai
merasuk dalam otak saya.
yah, apa yang dikatakan oleh Bu
Rumani ini memang benar, pustakawan dilarang galau. Mungkin sampai saat ini
para mahasiswa diseluruh indonesia terkhusus di UIN Sunan Kalijaga dan lebih
spesifik lagi jurusan ilmu perpustakaan fakultas adab dan ilmu budaya, banyak
dari mereka yang mengalami kegalauan. mau gimana saya nanti? Termasuk saya
sendiri (dulu). Hehe
Mungkin semua berfikiran bahwa
jurusan ilmu perpustakaan kedepannya paling enggak yaaa jadi pustakawan, emang
mau jadi apa lagi?
Memang, jurusan ilmu perpustakaan
prospek kedepannya adalah pustakawan, namun saya dulu sempat berfikir,
“Pustakawan memang banyak dibutuhkan di Indonesia, ditambah dengan adanya UU
tentang perpustakaan no. 40 tahun 2007 semakin kenceng aja tuh peluang dapet
kerja” tapi disisi lain saya juga berfikir, “Pustakawan memang banyak
dibutuhin, tetapi sampai sekarang profesi pustakawan di Indonesia masih
dianggap rendah, dibanding profesi-profesi lain seperti guru dan
kesejahteraannya pun belum bisa terjamin” haa... disitu kegalauan demi
kegalauan datang menghampiri saya.
Mungkin kalo nasib saya beruntung
nanti, saya bisa bekerja di lembaga yang besar, jadi PNS dan pastinya kesejahteraan
sudah dalam titik aman. Tapi, kalau tidak??? Maka saya galau...
Namun ketika mendengar motivasi
yang diberikan oleh bu Rumani, dan ketika saya membaca pelajaran-pelajaran di
semester 2, yaitu Akhlak Tasawuf (Dosen : Pak Ali Sadikin), beliau memberi
motivasi kepada kami dikelas berupa kata-kata bijak, saya kurang hafal bagaimana persisnya, tapi yang saya tahu intinya begini, “jangan hidup dimasa
lalu, dan jangan pula hidup dimasa depan, Hiduplah dimasa dimasa sekarang.”
Beliau menjelaskan, “Bila kita hidup dimasa lalu, bisa-bisa kita akan psimis
karena boleh jadi masa lalu kita memang buruk, dan bisa juga over optimis dan
terbuai karena masa lalu kita itu baik, janganlah pula hidup dimasa depan, jika
kita hidup dimasa depan, maka kita akan terbuai bahkan menjadi psimis dengan khayalanmu
dimasa depan. Hiduplah dimasa sekarang” ujar beliau, lalu dilanjutkan “Karena
dengan hidup dimasa sekarang kita akan berfikir apa usaha terbaik yang kita
lakukan sekarang, tanpa kita melihat kebelakang dan menghayal terlalu tinggi
kedepan, jika kita melakukan yang terbaik dimasa sekarang, maka kita akan
memperbaiki masa lalu dan tentunya masa depan kita akan lebih baik, karena
proses yang telah kita lakukan dimasa sekarang memang baik dan itu pasti mempengaruhi
hasil dimasa depan.”
Ketika itu mata saya terbuka dan
motivasi yang diberikan oleh pak Ali sungguh menggugah hati saya, ditambah apa
yang disampaikan oleh bu Rumani, beliau menyampaikan “Tingkatkan kompetensi
sekarang, jangan melihat mau dimana saya nanti, bila kompetensi yang dimiliki
sekarang baik, maka rizki akan terus mengikuti”. Waaah, semakin semangat saja
saya ini.
So, memang benar pustakawan
dilarang galau, karena galau adalah tipe hidup di masa depan. Kalau selalu
hidup dimasa depan maka kita akan lupa apa yang harus kita lakukan dimasa
sekarang, alhasil kita hanya mengeluh dan takut menghadapi masa depan, galau
lah yang terjadi.
Disisi lain kita boleh saja galau, tapi galau bukan konteks yang sebenarnya, melainkan...
God Always Listening And Understanding (Tuhan akan selalu mendengar dan mengerti), so kita bisa berfikir lebih jernih dan optimis... hehe
Buat calon pustakawan yang masih galau (makna yang sebenarnya), sekarang
berdirilah jangan tengok kebelakang dan jangan takut mengahadapi masa depan. selalu berfikir untuk Bekerja dan lakukan hal yang terbaik, bukan besok atau nanti, tapi SEKARANG!Disisi lain kita boleh saja galau, tapi galau bukan konteks yang sebenarnya, melainkan...
wahh, bener banget tu :D #pustakawan bismillah ^_^
BalasHapus