Minggu, 26 Februari 2012

PUSTAKAWAN DILARANG GALAU


oleh RIDWAN NUR ARIFIN
terinspirasi oleh Bu Sri Rumani dan Pak Ali Sodiqin


Diruang yang nyaman, tapi agak dingin karena AC nya terlalu besar. Saat itu saya mendengar dosen saya, Bu Sri Rumani berkata “Jadi, Pustakawan itu dilarang galau”, seketika itu inspirasi mulai merasuk dalam otak saya.
yah, apa yang dikatakan oleh Bu Rumani ini memang benar, pustakawan dilarang galau. Mungkin sampai saat ini para mahasiswa diseluruh indonesia terkhusus di UIN Sunan Kalijaga dan lebih spesifik lagi jurusan ilmu perpustakaan fakultas adab dan ilmu budaya, banyak dari mereka yang mengalami kegalauan. mau gimana saya nanti? Termasuk saya sendiri (dulu). Hehe
Mungkin semua berfikiran bahwa jurusan ilmu perpustakaan kedepannya paling enggak yaaa jadi pustakawan, emang mau jadi apa lagi?
Memang, jurusan ilmu perpustakaan prospek kedepannya adalah pustakawan, namun saya dulu sempat berfikir, “Pustakawan memang banyak dibutuhkan di Indonesia, ditambah dengan adanya UU tentang perpustakaan no. 40 tahun 2007 semakin kenceng aja tuh peluang dapet kerja” tapi disisi lain saya juga berfikir, “Pustakawan memang banyak dibutuhin, tetapi sampai sekarang profesi pustakawan di Indonesia masih dianggap rendah, dibanding profesi-profesi lain seperti guru dan kesejahteraannya pun belum bisa terjamin” haa... disitu kegalauan demi kegalauan datang menghampiri saya.
Mungkin kalo nasib saya beruntung nanti, saya bisa bekerja di lembaga yang besar, jadi PNS dan pastinya kesejahteraan sudah dalam titik aman. Tapi, kalau tidak??? Maka saya galau...
Namun ketika mendengar motivasi yang diberikan oleh bu Rumani, dan ketika saya membaca pelajaran-pelajaran di semester 2, yaitu Akhlak Tasawuf (Dosen : Pak Ali Sadikin), beliau memberi motivasi kepada kami dikelas berupa kata-kata bijak, saya kurang hafal bagaimana persisnya, tapi yang saya tahu intinya begini, “jangan hidup dimasa lalu, dan jangan pula hidup dimasa depan, Hiduplah dimasa dimasa sekarang.” Beliau menjelaskan, “Bila kita hidup dimasa lalu, bisa-bisa kita akan psimis karena boleh jadi masa lalu kita memang buruk, dan bisa juga over optimis dan terbuai karena masa lalu kita itu baik, janganlah pula hidup dimasa depan, jika kita hidup dimasa depan, maka kita akan terbuai bahkan menjadi psimis dengan khayalanmu dimasa depan. Hiduplah dimasa sekarang” ujar beliau, lalu dilanjutkan “Karena dengan hidup dimasa sekarang kita akan berfikir apa usaha terbaik yang kita lakukan sekarang, tanpa kita melihat kebelakang dan menghayal terlalu tinggi kedepan, jika kita melakukan yang terbaik dimasa sekarang, maka kita akan memperbaiki masa lalu dan tentunya masa depan kita akan lebih baik, karena proses yang telah kita lakukan dimasa sekarang memang baik dan itu pasti mempengaruhi hasil dimasa depan.”
Ketika itu mata saya terbuka dan motivasi yang diberikan oleh pak Ali sungguh menggugah hati saya, ditambah apa yang disampaikan oleh bu Rumani, beliau menyampaikan “Tingkatkan kompetensi sekarang, jangan melihat mau dimana saya nanti, bila kompetensi yang dimiliki sekarang baik, maka rizki akan terus mengikuti”. Waaah, semakin semangat saja saya ini.
So, memang benar pustakawan dilarang galau, karena galau adalah tipe hidup di masa depan. Kalau selalu hidup dimasa depan maka kita akan lupa apa yang harus kita lakukan dimasa sekarang, alhasil kita hanya mengeluh dan takut menghadapi masa depan, galau lah yang terjadi.
Disisi lain kita boleh saja galau, tapi galau bukan konteks yang sebenarnya, melainkan...
God Always Listening And Understanding (Tuhan akan selalu mendengar dan mengerti), so kita bisa berfikir lebih jernih dan optimis... hehe
Buat calon pustakawan yang masih galau (makna yang sebenarnya), sekarang berdirilah jangan tengok kebelakang dan jangan takut mengahadapi masa depan. selalu berfikir untuk Bekerja dan lakukan hal yang terbaik, bukan besok atau nanti, tapi SEKARANG!

1 komentar: