Senin, 24 Desember 2012

Karya Tulis


PENGERTIAN, JENIS, DAN CIRI KARYA TULIS

Seperti yang sudah kita ketahui akan kemapuan manusia yang memiliki potensi fisik untuk berkarya, dimana separuh dari kemampuan itu adalah untuk memahami dan menyimpan data, sedangkan kemampuan yang lainnya adalah kemampuan mengolah dan menghasilkan data. Kemampuan menghasilkan data ini erat kaitannya dengan berkarya.
Selain berkarya, manusia memiliki kemampuan untuk berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi dapat dilakukan dengan lisan maupun tulisan. Kegiatan berkomunikasi inilah yang akan menjadi media untuk manusia berkarya.
A.     Pengertian Karya Tulis
Terdapat beberapa pengertian tentang karya tulis, yakni;
1.    Salah satu media komunikasi tertulis adalah karangan atau karena terbentuk tulisan maka dinamakan karya tulis. Setiap gagasan yang diungkapkan ke dalam bentuk tulisan dinamakan karya tulis.
2.    Karya tulis adalah karangan yang mengetengahkan hasil pikiran, hasil pengamatan, tinjauan dalam bidang tertentu yang disusun secara sistematis. Karya tulis juga dapat dikatakan tulisan yang membahas masalah tertentu berdasarkan pengamatan secara sistematis dan terarah.

B.     Jenis-Jenis Karya Tulis
Jenis-jenis  karya tulis terbagi kedalam dua yakni karya tulis ilmiah dan karya tulis non ilmiah.
1.    Karya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiah adalah karangan yang berisi gagasan ilmiah yang disajikan secara ilmiah serta menggunakan bentuk dan bahasa ilmiah. Karya tulis ilmiah mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah berupa gagasan-gagasan ilmiah, baik berupa hasil kajian ilmiah maupun hasil-hasil penelitian yang disajikan dalam karya tulis ilmiah. Gagasan-gagasan itu merupakan gambaran perkembangan ilmu pengetahuan yang terekam dalam tulisan ilmiah.
Secara lebih singkat, karya tulis ilmiah merupakan karangan yang menyajikan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah dan ditulis dengan metodologi yang benar.
2.    Karya tulis nonilmiah
Karya nonilmiah adalah karangan yang tidak mengikuti kriteria penyajian fakta dan tidak mengikuti metodologi penulisan yang benar. Jika fakta yang disajikan dalam karya tulis ilmiah merupakan fakta yang bersifat umum. Sedangkan fakta yang disajikan dalam karya tulis nonilmiah ini adalah fakta yang disajikan berupa fakta pribadi yang bersifat subjektif.
Dari kedua uraian diatas tentang jenis karya tulis, perbandingan karya tulis ilmiah dan karya tulis non ilmiah dapat dilihat sebagai berikut;
Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis Nonilmiah
Fakta Umum
Fakta Pribadi (Khusus)
Metodologi Penulisan Ilmiah
Model Penulisan Beragam
Kebenarannya Dapat Dibuktikan
Bersifat Subjektif



C.      Ciri-Ciri Karya Tulis
1.      Ciri-ciri karya tulis secara umum
a.       Logis. Karya tulis dikatakan logis apabila data, argumen, penjelasan yang dikemukakan  diterima oleh akal.
b.      Sistematis. Karya tulis dikatakan sistematis apabila setiap permasalahan yang diuraikan disusun secara teratur, runtut, dan tidak tumpang tindih.
c.       Obyektif. Karya tulis dikatakan obyektif apabila alasan , keterangan, penjelasan dan uraian-uraian yang dikemukakan sesuai apa adanya.
2.      Ciri karya tulis ilmiah
Berdasarkan kajian terhadap cara penyajian karya tulis ilmiah dapat diungkapkan bebrapa karakteristik karangan ilmiah sebagaimana dinyatakan dalam Weisman (1961:44-61), Brotowidjojo (1993:58-63), Keraf (1983:57), dan Suherli (1996:183-200).
a.       Menyajikan fakta, yaitu berupa fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah dengan mengikuti metodologi penulisan yang benar.
b.        Di dalam karya ilmiah disajikan definisi. Metode penyajian definisi sebagai karakteristik karangan ilmiah meliputi metode eksplikasi, analisis, deskripsi, ilustrasi, perbandingan, analogi , eliminasi dan etimologi.
c.         Karangan ilmiah menguraikan permasalahan dengan abstrak, jelas/lengkap, objektif, bernalar dan konseptual.
d.        Karya ilmiah menerapkan teori-teori yang dapat dilakukan secara logis, spesifik atau faktual.
e.         Dalam karangan ilmiah disajikan pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara deduksi, induksi atau berproses.
Sedangkan ciri-ciri karya tulis ilmiah (menurut W. Paul Jones) :
1.        Menyajikan fakta
2.        Cermat dan jujur ( accurate and truthful )
3.        Tidak memihak ( disinterested )
4.        Sistematis
5.        Tidak bersifat haru ( not emotive )
6.        Mengesampingkan pendapat yang tak berdasar ( unsupported opinion )
7.        Sungguh-sungguh ( sincere )
8.        Tak bercorak debat ( not argumentative )
9.        Tak bernada membujuk ( not directly persuasive )
10.    Tidak berlebih-lebihan 
3.      Ciri-ciri karya non-ilmiah :
a.         Ditulis berdasarkan fakta pribadi
b.        Fakta yang disimpulkan subyektif
c.         Gaya bahasa konotatif dan populer
d.        Tidak memuat hipotesis
e.         Penyajian dibarengi dengan sejarah
f.         Bersifat imajinatif
g.        Situasi didramatisir
h.        Bersifat persuasive
i.          Tanpa dukungan bukti.
D.     Contoh Karya Tulis
Contoh karya tulis ilmiah :
1.      Laporan penelitian
2.      Skripsi
3.      Tesis
4.      Disertasi
Contoh karya tulis nonilmiah :
1.      Dongeng
2.      Novel
3.      Cerpen
4.      Drama



UNSUR DAN SYARAT PENULISAN ILMIAH

A.     Unsur-unsur Penulisan Ilmiah
Secara umum, penulisan karya ilmiah memuat unsur-unsur sebagai berikut.
1.      Bagian awal
Bagian ini mencakup halaman judul, halaman pengesahan, prakata, daftar isi, daftar tabel (daftar), daftar gambar, daftar lampiran, arti lambang dan singkatan, dan intisari.
2.      Bagian inti
Mengandung bab-bab: pengantar, tinjauan pustaka, cara penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan dan saran, dan ringkasan.
3.      Bagian akhir
Bagian akhir terdiri atas daftar pustaka dan lampiran.
B.     Syarat-syarat Penulisan Ilmiah
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu tulisan layak disebut sebagai karya ilmiah. Syarat-syarat tersebut, antara lain sebagai berikut.
1.      Komunikatif
Uraian yang disampaikan dapat dipahami pembaca. Kata dan kalimat yang disusun penulis hendaknya bersifat denotatif, sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda pada pembaca. Pemahaman penulis hendaknya sama dengan pemahaman pembaca.
2.      Bernalar
Tulisan itu harus sistematis, berurutan secara logis, ada kohesi dan koherensi, dan mengikuti metode ilmiah yang tepat, dipaparkan secara obyektif, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan.
3.      Ekonomis (efisien)
Kata atau kalimat yang ditulis hendaknya diseleksi sedemikian rupa sehingga tersusun padat berisi.
4.      Berdasarkan landasan teoritis yang kuat
Suatu hasil karya ilmiah bukan subyektifitas penulisnya, tetapi harus berlandaskan pada teori-teori tertentu yang dikuasai secara mendalam oleh penulis. Penulis melakukan kajian-kajian berdasarkan teori-teori tersebut.
5.      Tulisan harus relevan dengan disiplin ilmu tertentu
Tulisan ilmiah itu ditulis oleh seseorang yang menguasai suatu bidang ilmu tertentu, maka tulisan ilmiahnya harus menunjukkan kedalaman wawasan dan kecermatan pikiran berkaitan dengan disiplin ilmu tertentu tersebut. Penguasaan penulis pada disiplin ilmu tertentu akan tampak melalui teori, pendekatan, pemaparan yang selalu berlandaskan pada prinsip-prinsip ilmu tertentu.
6.      Memiliki sumber penopang mutakhir
Tulisan ilmiah harus mempergunakan landasan teori berupa teori mutakhir (terbaru). Penulis ilmiah harus mencermati teori-teori mutakhir melalui penelusuran internet atau jurnal ilmiah.
7.      Bertanggung jawab
Sumber data, buku acuan, dan kutipan harus secara bertanggung jawab disebutkan dan ditulis dalam karya ilmiah. Teknik penulisan yang tepat serta penggunaan bahasa yang baik dan benar juga termasuk bentuk tanggung jawab seorang penulis karya ilmiah.
C.      Langkah-Langkah Penulisan Ilmiah Yang Terstandar
Suatu karya ilmiah dalam penyusunannya memiliki prosedur teknis dengan standar tertentu. Langkah-langkah dalam menyusun suatu karya ilmiah memiliki standar antara lain adalah:
1.      Pengembangan gagasan
2.      Perencanaan naskah
3.      Pengembangan paragraf
4.      Penulisan draft
5.      Finalisasi
          Untuk mengetahui mengenai standar penyusunan karya ilmiah diatas maka berikut adalah pembahasannya.
1. Pengembangan Gagasan
Gagasan adalah proses hasil berpikir konseptual tentang topik tertentu dalam suatu ilmu. Dalam pengembangan gagasan ada 3 langkah yang harus dilakukan antara lain adalah: menentukan masalah,  membatasi masalah dan merumuskan masalah.
a.      Menentukan masalah
Menentukan masalah adalah proses awal dari seorang penulis karya ilmiah untuk dapat menentukan topik dan judul karya ilmiah yang akan ditulisnya. Pada proses menentukan masalah langkah-langkah yang harus ditempuh adalah:
1)      Menulis semua masalah yang timbul dari dalam pikiran maupun dari berbagai sumber referensi ke dalam suatu daftar
2)      Meneliti kembali setiap permasalahan yang terdapat pada daftar dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan (kepada diri sendiri) tentang: 1) Apakah masalah yang telah termuat dalam daftar berguna dan cukup penting utuk dipersoalkan? 2) Apakah masalah ini akan menghasilkan sesuatu yang baru? 3) Apakah masalah cukup menarik perhatian? 4) Apakah masalah yang ada dalam daftar dapat ditemukan data-data dan keterangan-keterangan yang berhubungan dengan masalah? 5) Apakah masalah dapat dipecahkan dengan fasilitas dan kemampuan yang dimiliki penulis?
Pada tahap menentukan masalah ini penulis karya ilmiah harus menentukan topik dan judul karya ilmiahnya. Proses pemilihan topik dan judul termasuk dalam tahap menentukan masalah.
b.      Membatasi Masalah dan Merumuskan Masalah
Menentukan topik adalah tahap awal dalam proses penyusunan karya ilmiah. Topik yang masih bersifat awal tersebut kemudian difokuskan dengan cara membuatnya lebih sempit cakupannya atau lebih luas cakupannya. Tahap inilah yang dinamakan pembatasan masalah. Tujuan dari pembatasan masalah agar penulis dapat menentukan keterangan dan data-data apa saja yang harus dikumpulkan dan penulis dapat menentukan kesimpulan yang akan dihasilkan dari masalah yang telah dibatasi.
Dalam merumuskan masalah pada hekekatnya adalah suatu cara seorang penulis karya ilmiah mewakili masalah yang telah dijadikan topik kepada pembaca agar masalah yang terkandung dalam topik dapat dipahami oleh pembaca tentang topik yang dimunculkan/ dibahas beserta bagaimana cara penulis menanggapi atau melihat permasalahan.
Berikut adalah langkah-langkah dalam merumuskan masalah:
1)      Tulislah judul dari masalah setelah ditentukan masalah dan topiknya
2)      Tuliskan alasan dan tujuan tentang topik yang dipilih untuk dipecahkan permasalahannya
3)      Menjelaskan istilah-istilah pokok yang terdapat dalam judul masalah
4)      Cantumkan pokok-pokok  pikiran yang menjadi landasan atau yang diadikan titik tolak masalahan
5)      Apabila akan disajikan suatu pengujian kebenaran suatu persoalan maka hendaknya harus ditulis jawaban sementara (hipotesa).
2. Perencanaan Penulisan Naskah
Karya tulis ilmiah adalah representasi hasil pemikiran penulis atas suatu obyek kajian kepada pembaca melalui bahasa tulis dengan mengikuti sistematika dan kaidah penulisan ilmiah. Karya tulis ilmiah merupakan hasil berpikir ilmiah yang didasarkan pada sebuah pereancanaan. Perencanan tersebut akan memudahkan penulis untuk mewujudkan naskah yang akan dituangkan.
Perencanan penulisan naskah dalam suatu karya ilmiah dilakukan pada tiga segi, antara lain adalah dari segi gagasan, segi format dan teknik penulisan, dan segi bahasa (Suparno, 2000:39). Sedangkan pada aspek ejaan dan aspek tanda baca tidak termasuk pada perencanaan karena aturan ejaan dan tanda baca sudah diformatkan sebagai ketentuan yang tidak memungkinkan adanya kreatifitas penulisnya.
Berikut adalah penjelasan mengenai berbagai perencanaan pada tiap segi.
a. Perencanaan Isi Naskah
Perencanaan gagasan naskah direalisasikan dalam pengembangan butir-butir gagasan naskah. Perencanan gagasan naskah dilakukan pada tiga tinkat, yaitu pada :1) tingkat gagasan naskah secara keseluruhan, 2) tingkat gagasan pada bagian naskah, 3) tingkat gagasan paragraf dalam naskah.
Perencanan pada tingkat gagasan naskah secara keseluruhan dilakukan dengan penjabaran ga gasan utuh artikel dan menuangkan hasil penjabaran itu ke dalm kerangka isi naskah. Hasil dari perencanan ini adalah kerangka isi utuh naskah
Pada perencanaan tingkat gagasan pada bagian naskah, perencanaan dilakukan dengan menjabarkan gagasan bagian naskah dan menuangkan hasil penjabaran tersebut ke dalam kerangka isi bagian artikel. Hasil dari perencanaan pada tingkat ini adalah kerangka isi bagian naskah.
Selanjutnya perencanaan pada tingkat gagasan paragraf, perencanan dilakukan dengan menjabarkan gagasan paragraf dan menuangkan hasil penjabaran itu ke dalam kerangka isi paragraf. Hasil dari perencanan pada tingkat ini adalah kerangka isi paragraf.
Penjabaran dan penuangan hasil penjabaran dalam kerangka  pada tiap tingkatnya dilakukan dengan memperhatikan syarat kelengkapan, konsistensi dan keruntutan.
Dengan perencanan pada tiap tingkatan tersebut diharapkan dapat menjadikan isi naskah yang spesifik dari butir-butir isi pokok bagian naskah.
b.      Perencanaan Format dan Teknik Penulisan
Perencanaan format dan teknik penulisan direalisasikan dalam penentuan umum format dan teknik penulisan yang akan digunakan dalam penulisan naskah. Dalam gaya selingkung penulisan karya ilmiah terdapat dua format yang masing-masing dapat digunakan oleh penulis yaitu format umum dan format khusus.
Format umum adalah realisasi konvensi format yang berlaku secara umum (konvensional), sedangkan format khusus adalah suatu format yang diberlakukan khusus misal ada suatu jurnal tertentu menggunakan suatu aturan format tertentu
c. Perencanan Bahasa
Perencanan bahasa penulisan naskah diwujudkan dalam pemilihan ragam bahasa yang akan digunakan dalam naskah. Pemilihan ragam bahasa yang akan digunakan dalam penulisan karya ilmiah adalah dengan menggunakan bahasa ilmiah. Ciri-ciri ragam bahasa ilmiah menurut Johanes (dalam Analisis Kebudayaan Tahun 1 Nomor 3, 1981: 33-34) dan Moeliono (1989: 73-74) antara lain adalah:
1)      Nada ragam bahasa ilmiah bersifat formal dan obyektif
2)      Lazim digunakan untuk titik pandang orang ketiga dan ragam pasif
3)      Titik pandang nahu (gramatika) bersifat konsisten
4)      Ragam bahasa ilmiah berbeda dengan ragam bahasa sastra dalam hal digunakannya istilah-istilah khusus yang dibari makna khusus sehingga kata yang sama dalam ragam bahasa ilmiah dan ragam bahasa umum dapat berbeda arti
5)      Tingkat formalitas ragam bahasa ilmiah berbeda pada tingkat resmi, bukan tingkat keseharian (kolokial)
6)      Bentuk wacana yang digunakan dalam ragam bahasa ilmiah adalah bentuk pemaparan, bukan argumentasi, deskripsi, atau narasi
7)      Gagasan dalam ragam bahasa ilmiah diungkapkan dengan lengkap, jelas, ringkas, dan tepat
8)      Dalam ragam bahasa ilmiah dihindari penggunan unsur bahasa yang usang, kolot, dan basi
9)      Dalam ragam bahasa ilmiah dihindari ungkapan-ungkapan yang ekstrim dan emosional
10)  Dalam ragam bahasa ilmiah dihindari kata-kata mubazir
11)  Ragam bahasa ilmiah bersifat moderat
12)  Ragam bahasa ilmiah digunakan sebagai alat komunikasi dengan pikiran, bukan denga perasaan
13)  Panjang kalimat ragam bahasa ilmiah adalah sedang
14)  Penggunaan majas dalam ragam bahasa ilmiah sangat terbatas
15)  Ragam bahasa ilmiah lazim dilengkapi dengan gambar, diagram, peta, daftar, dan tabel
16)  Dalam ragam bahasa ilmiah diutamakan penggunan unsur mekanis secara tepat, seperti huruf, tanda baca, lambang bidang ilmu, singkatan, dan rujukan.
3. Pengembangan Paragraf
Paragraf pada hakekatnya adalah suatu bentuk satu gagasan dasar dan satuan bentuk pengungkap yang berstruktur dalam suatu karya tulis. Paragraf berisi satuan pikiran yang tertuang dalam sejumlah kalimat untuk mengungkapkan suatu gagasan dasar. Paragraf berisi satuan gagasan dari gagasan yang lebih besar. Paragraf adalah satuan teks terkecil yang berisi satu gagasan dasar dalam pembentukan gagasan yang lebih besar.
Dalam satu paragraf terdapat kalimat pokok yang  merupakan inti dari suatu paragraf. Kalimat pokok dapat diletakkan di awal, di tengah, maupun di sebagai penutup paragraf. Selain kalimat pokok terdapat juga kalimat pendukung yang letaknya berkebalikan dengan kalimat pokok terkecuali kalimat pokok yang terletak di tengah paragraf. Pada paragraf berkalimat pokok di bagian tengah kalimat pendukung berada di depan dan di belakang pada satu paragraf tersebut.
Mengenai ukuran panjang paragraf hingga saat ini belum ada patokan tentang ukuran panjang suatu paragraf yang pasti.
Sebuah paragraf yang baik adalah paragraf yang memenuhi syarat antara lain syarat pengembangan, syarat keutuhan, dan syarat kepaduan. Paragraf dengan mememnuhi syarat pengembangan sebagai contoh adalah paragraf yang memiliki kalimat pengembang selain kalimat pokok. Pada paragraf yang memenuhi syarat keutuhan sebagai contoh adalah sebuah paragraf yang memiliki satu gagasan dasar dan didukung gagasan lain dalam satu paragrafnya. Sedangkan pada paragraf yang memenuhi syarat kepaduan. Syarat kepaduan adalah paragraf yang kekompakan yang terbentuk dari antar kalimat yang runtut.
Sebuah naskah yang baik adalah naskah yang tersusun dari paragraf-paragraf yang tersusun secara terpadu antara satu dengan yang lainnya. Kalimat dalam paragraf yang menyusun naskah tersebut juga tersusun secara runtut.
4. Penulisan Draf
Pada tahap ini penulis mengaplikasikan tentang pengembangan gagasan, perencanaan naskah, dan pengembangan paragraf.
5. Finalisasi
Salah satu proses yang ada dalam finalisasi adalah revisi naskah. Sebelum revisi dilakukan penulis melakukan pemeriksaan ulang terhadap draft artikel dari segi isi, bahasa, ejaan, tanda baca, dan teknik penulisan. Berdasarkan pemeriksaan ulang, penulis menemukan kekurangan dan kesalahan dalam naskah yang akan direvisi.

2 komentar: