PENGERTIAN,
JENIS, DAN CIRI KARYA
TULIS
Seperti yang sudah kita ketahui akan kemapuan
manusia yang memiliki potensi fisik untuk berkarya, dimana separuh dari
kemampuan itu adalah untuk memahami dan menyimpan data, sedangkan kemampuan
yang lainnya adalah kemampuan mengolah dan menghasilkan data. Kemampuan
menghasilkan data ini erat kaitannya dengan berkarya.
Selain berkarya, manusia memiliki kemampuan
untuk berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi dapat dilakukan dengan lisan
maupun tulisan. Kegiatan berkomunikasi inilah yang akan menjadi media untuk
manusia berkarya.
A.
Pengertian
Karya Tulis
Terdapat
beberapa pengertian tentang karya tulis, yakni;
1.
Salah satu media komunikasi tertulis adalah
karangan atau karena terbentuk tulisan maka dinamakan karya tulis. Setiap
gagasan yang diungkapkan ke dalam bentuk tulisan dinamakan karya tulis.
2.
Karya tulis adalah karangan yang
mengetengahkan hasil pikiran, hasil pengamatan, tinjauan dalam bidang tertentu
yang disusun secara sistematis. Karya tulis juga dapat dikatakan tulisan yang
membahas masalah tertentu berdasarkan pengamatan secara sistematis dan terarah.
B.
Jenis-Jenis
Karya Tulis
Jenis-jenis karya tulis terbagi kedalam dua yakni karya
tulis ilmiah dan karya tulis non ilmiah.
1. Karya
tulis ilmiah
Karya
tulis ilmiah adalah karangan yang berisi gagasan ilmiah yang disajikan secara
ilmiah serta menggunakan bentuk dan bahasa ilmiah. Karya tulis ilmiah mengusung
permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah berupa
gagasan-gagasan ilmiah, baik berupa hasil kajian ilmiah maupun hasil-hasil
penelitian yang disajikan dalam karya tulis ilmiah. Gagasan-gagasan itu
merupakan gambaran perkembangan ilmu pengetahuan yang terekam dalam tulisan
ilmiah.
Secara
lebih singkat, karya tulis ilmiah merupakan karangan yang menyajikan fakta umum
yang dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah dan ditulis dengan metodologi
yang benar.
2. Karya
tulis nonilmiah
Karya
nonilmiah adalah karangan yang tidak mengikuti kriteria penyajian fakta dan
tidak mengikuti metodologi penulisan yang benar. Jika fakta yang disajikan
dalam karya tulis ilmiah merupakan fakta yang bersifat umum. Sedangkan fakta
yang disajikan dalam karya tulis nonilmiah ini adalah fakta yang disajikan
berupa fakta pribadi yang bersifat subjektif.
Dari
kedua uraian diatas tentang jenis karya tulis, perbandingan karya tulis ilmiah
dan karya tulis non ilmiah dapat dilihat sebagai berikut;
Karya
Tulis Ilmiah
|
Karya
Tulis Nonilmiah
|
Fakta
Umum
|
Fakta
Pribadi (Khusus)
|
Metodologi
Penulisan Ilmiah
|
Model
Penulisan Beragam
|
Kebenarannya
Dapat Dibuktikan
|
Bersifat
Subjektif
|
C. Ciri-Ciri Karya Tulis
1.
Ciri-ciri karya tulis secara umum
a. Logis.
Karya tulis dikatakan logis apabila data, argumen, penjelasan yang
dikemukakan diterima oleh akal.
b. Sistematis.
Karya tulis dikatakan sistematis apabila setiap permasalahan yang diuraikan
disusun secara teratur, runtut, dan tidak tumpang tindih.
c.
Obyektif. Karya tulis dikatakan obyektif
apabila alasan , keterangan, penjelasan dan uraian-uraian yang dikemukakan
sesuai apa adanya.
2. Ciri
karya tulis ilmiah
Berdasarkan
kajian terhadap cara penyajian karya tulis ilmiah dapat diungkapkan bebrapa
karakteristik karangan ilmiah sebagaimana dinyatakan dalam Weisman
(1961:44-61), Brotowidjojo (1993:58-63), Keraf (1983:57), dan Suherli
(1996:183-200).
a.
Menyajikan fakta, yaitu berupa fakta umum yang
dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah dengan mengikuti metodologi
penulisan yang benar.
b.
Di
dalam karya ilmiah disajikan definisi. Metode penyajian definisi sebagai
karakteristik karangan ilmiah meliputi metode eksplikasi, analisis, deskripsi,
ilustrasi, perbandingan, analogi , eliminasi dan etimologi.
c.
Karangan
ilmiah menguraikan permasalahan dengan abstrak, jelas/lengkap, objektif,
bernalar dan konseptual.
d.
Karya
ilmiah menerapkan teori-teori yang dapat dilakukan secara logis, spesifik atau
faktual.
e.
Dalam
karangan ilmiah disajikan pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara deduksi,
induksi atau berproses.
Sedangkan
ciri-ciri karya tulis ilmiah (menurut W. Paul Jones) :
1.
Menyajikan fakta
2.
Cermat dan jujur ( accurate and truthful )
3.
Tidak memihak ( disinterested )
4.
Sistematis
5.
Tidak bersifat haru ( not emotive )
6.
Mengesampingkan pendapat yang tak berdasar (
unsupported opinion )
7.
Sungguh-sungguh ( sincere )
8.
Tak bercorak debat ( not argumentative )
9.
Tak bernada membujuk ( not directly persuasive
)
10.
Tidak berlebih-lebihan
3. Ciri-ciri karya non-ilmiah :
a.
Ditulis
berdasarkan fakta pribadi
b.
Fakta
yang disimpulkan subyektif
c.
Gaya
bahasa konotatif dan populer
d.
Tidak
memuat hipotesis
e.
Penyajian
dibarengi dengan sejarah
f.
Bersifat
imajinatif
g.
Situasi
didramatisir
h.
Bersifat
persuasive
i.
Tanpa
dukungan bukti.
D.
Contoh
Karya Tulis
Contoh karya tulis ilmiah :
1. Laporan
penelitian
2. Skripsi
3. Tesis
4. Disertasi
Contoh karya tulis nonilmiah :
1. Dongeng
2. Novel
3. Cerpen
4. Drama
UNSUR
DAN SYARAT PENULISAN ILMIAH
A.
Unsur-unsur
Penulisan Ilmiah
Secara umum, penulisan karya ilmiah memuat
unsur-unsur sebagai berikut.
1. Bagian awal
Bagian ini mencakup halaman
judul, halaman pengesahan, prakata, daftar isi, daftar tabel (daftar), daftar gambar,
daftar lampiran, arti lambang dan singkatan, dan intisari.
2.
Bagian inti
Mengandung
bab-bab: pengantar, tinjauan pustaka, cara penelitian, hasil penelitian dan
pembahasan, kesimpulan dan saran, dan ringkasan.
3.
Bagian akhir
Bagian
akhir terdiri atas daftar pustaka dan lampiran.
B. Syarat-syarat Penulisan Ilmiah
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu
tulisan layak disebut sebagai karya ilmiah. Syarat-syarat tersebut, antara lain
sebagai berikut.
1.
Komunikatif
Uraian yang disampaikan dapat
dipahami pembaca. Kata dan kalimat yang disusun penulis hendaknya bersifat
denotatif, sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda pada pembaca. Pemahaman
penulis hendaknya sama dengan pemahaman pembaca.
2.
Bernalar
Tulisan itu harus sistematis, berurutan secara
logis, ada kohesi dan koherensi, dan mengikuti metode ilmiah yang tepat,
dipaparkan secara obyektif, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan.
3.
Ekonomis (efisien)
Kata atau kalimat yang ditulis hendaknya diseleksi
sedemikian rupa sehingga tersusun padat berisi.
4.
Berdasarkan landasan teoritis yang kuat
Suatu hasil karya ilmiah bukan subyektifitas penulisnya,
tetapi harus berlandaskan pada teori-teori tertentu yang dikuasai secara
mendalam oleh penulis. Penulis melakukan kajian-kajian berdasarkan teori-teori
tersebut.
5.
Tulisan harus relevan dengan disiplin ilmu tertentu
Tulisan ilmiah itu ditulis oleh seseorang yang
menguasai suatu bidang ilmu tertentu, maka tulisan ilmiahnya harus menunjukkan
kedalaman wawasan dan kecermatan pikiran berkaitan dengan disiplin ilmu
tertentu tersebut. Penguasaan penulis pada disiplin ilmu tertentu akan tampak
melalui teori, pendekatan, pemaparan yang selalu berlandaskan pada
prinsip-prinsip ilmu tertentu.
6.
Memiliki sumber penopang mutakhir
Tulisan ilmiah harus mempergunakan landasan teori
berupa teori mutakhir (terbaru). Penulis ilmiah harus mencermati teori-teori
mutakhir melalui penelusuran internet atau jurnal ilmiah.
7.
Bertanggung jawab
Sumber data, buku acuan, dan kutipan harus secara
bertanggung jawab disebutkan dan ditulis dalam karya ilmiah. Teknik penulisan
yang tepat serta penggunaan bahasa yang baik dan benar juga termasuk bentuk
tanggung jawab seorang penulis karya ilmiah.
C.
Langkah-Langkah Penulisan Ilmiah Yang
Terstandar
Suatu karya ilmiah dalam
penyusunannya memiliki prosedur teknis dengan standar tertentu. Langkah-langkah
dalam menyusun suatu karya ilmiah memiliki standar antara lain adalah:
1.
Pengembangan gagasan
2.
Perencanaan naskah
3.
Pengembangan paragraf
4.
Penulisan draft
5.
Finalisasi
Untuk mengetahui mengenai standar
penyusunan karya ilmiah diatas maka berikut adalah pembahasannya.
1.
Pengembangan Gagasan
Gagasan
adalah proses hasil berpikir konseptual tentang topik tertentu dalam suatu
ilmu. Dalam pengembangan gagasan ada 3 langkah yang harus dilakukan antara lain
adalah: menentukan masalah, membatasi
masalah dan merumuskan masalah.
a.
Menentukan masalah
Menentukan
masalah adalah proses awal dari seorang penulis karya ilmiah untuk dapat
menentukan topik dan judul karya ilmiah yang akan ditulisnya. Pada proses
menentukan masalah langkah-langkah yang harus ditempuh adalah:
1)
Menulis semua masalah yang timbul dari dalam
pikiran maupun dari berbagai sumber referensi ke dalam suatu daftar
2)
Meneliti kembali setiap permasalahan yang
terdapat pada daftar dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan (kepada diri
sendiri) tentang: 1) Apakah masalah yang telah termuat dalam daftar berguna dan
cukup penting utuk dipersoalkan? 2) Apakah masalah ini akan menghasilkan
sesuatu yang baru? 3) Apakah masalah cukup menarik perhatian? 4) Apakah masalah
yang ada dalam daftar dapat ditemukan data-data dan keterangan-keterangan yang
berhubungan dengan masalah? 5) Apakah masalah dapat dipecahkan dengan fasilitas
dan kemampuan yang dimiliki penulis?
Pada
tahap menentukan masalah ini penulis karya ilmiah harus menentukan topik dan
judul karya ilmiahnya. Proses pemilihan topik dan judul termasuk dalam tahap
menentukan masalah.
b.
Membatasi Masalah dan Merumuskan Masalah
Menentukan
topik adalah tahap awal dalam proses penyusunan karya ilmiah. Topik yang masih
bersifat awal tersebut kemudian difokuskan dengan cara membuatnya lebih sempit
cakupannya atau lebih luas cakupannya. Tahap inilah yang dinamakan pembatasan
masalah. Tujuan dari pembatasan masalah agar penulis dapat menentukan
keterangan dan data-data apa saja yang harus dikumpulkan dan penulis dapat
menentukan kesimpulan yang akan dihasilkan dari masalah yang telah dibatasi.
Dalam
merumuskan masalah pada hekekatnya adalah suatu cara seorang penulis karya
ilmiah mewakili masalah yang telah dijadikan topik kepada pembaca agar masalah
yang terkandung dalam topik dapat dipahami oleh pembaca tentang topik yang
dimunculkan/ dibahas beserta bagaimana cara penulis menanggapi atau melihat
permasalahan.
Berikut
adalah langkah-langkah dalam merumuskan masalah:
1)
Tulislah judul dari masalah setelah ditentukan
masalah dan topiknya
2)
Tuliskan alasan dan tujuan tentang topik yang
dipilih untuk dipecahkan permasalahannya
3)
Menjelaskan istilah-istilah pokok yang
terdapat dalam judul masalah
4)
Cantumkan pokok-pokok pikiran yang menjadi landasan atau yang
diadikan titik tolak masalahan
5)
Apabila akan disajikan suatu pengujian
kebenaran suatu persoalan maka hendaknya harus ditulis jawaban sementara
(hipotesa).
2. Perencanaan Penulisan
Naskah
Karya tulis ilmiah adalah representasi
hasil pemikiran penulis atas suatu obyek kajian kepada pembaca melalui bahasa
tulis dengan mengikuti sistematika dan kaidah penulisan ilmiah. Karya tulis
ilmiah merupakan hasil berpikir ilmiah yang didasarkan pada sebuah
pereancanaan. Perencanan tersebut akan memudahkan penulis untuk mewujudkan
naskah yang akan dituangkan.
Perencanan penulisan naskah dalam suatu
karya ilmiah dilakukan pada tiga segi, antara lain adalah dari segi gagasan,
segi format dan teknik penulisan, dan segi bahasa (Suparno, 2000:39).
Sedangkan pada aspek ejaan dan aspek tanda baca tidak termasuk pada perencanaan
karena aturan ejaan dan tanda baca sudah diformatkan sebagai ketentuan yang
tidak memungkinkan adanya kreatifitas penulisnya.
Berikut
adalah penjelasan mengenai berbagai perencanaan pada tiap segi.
a. Perencanaan
Isi Naskah
Perencanaan gagasan naskah
direalisasikan dalam pengembangan butir-butir gagasan naskah. Perencanan
gagasan naskah dilakukan pada tiga tinkat, yaitu pada :1) tingkat gagasan
naskah secara keseluruhan, 2) tingkat gagasan pada bagian naskah, 3) tingkat
gagasan paragraf dalam naskah.
Perencanan pada tingkat
gagasan naskah secara keseluruhan dilakukan dengan penjabaran ga gasan utuh
artikel dan menuangkan hasil penjabaran itu ke dalm kerangka isi naskah. Hasil
dari perencanan ini adalah kerangka isi utuh naskah
Pada perencanaan tingkat
gagasan pada bagian naskah, perencanaan dilakukan dengan menjabarkan gagasan
bagian naskah dan menuangkan hasil penjabaran tersebut ke dalam kerangka isi
bagian artikel. Hasil dari perencanaan pada tingkat ini adalah kerangka isi
bagian naskah.
Selanjutnya perencanaan pada
tingkat gagasan paragraf, perencanan dilakukan dengan menjabarkan gagasan
paragraf dan menuangkan hasil penjabaran itu ke dalam kerangka isi paragraf.
Hasil dari perencanan pada tingkat ini adalah kerangka isi paragraf.
Penjabaran dan penuangan
hasil penjabaran dalam kerangka pada
tiap tingkatnya dilakukan dengan memperhatikan syarat kelengkapan, konsistensi
dan keruntutan.
Dengan perencanan pada tiap
tingkatan tersebut diharapkan dapat menjadikan isi naskah yang spesifik dari
butir-butir isi pokok bagian naskah.
b. Perencanaan
Format dan Teknik Penulisan
Perencanaan format dan teknik
penulisan direalisasikan dalam penentuan umum format dan teknik penulisan yang
akan digunakan dalam penulisan naskah. Dalam gaya selingkung penulisan karya
ilmiah terdapat dua format yang masing-masing dapat digunakan oleh penulis
yaitu format umum dan format khusus.
Format umum adalah realisasi
konvensi format yang berlaku secara umum (konvensional), sedangkan format
khusus adalah suatu format yang diberlakukan khusus misal ada suatu jurnal
tertentu menggunakan suatu aturan format tertentu
c.
Perencanan
Bahasa
Perencanan bahasa penulisan
naskah diwujudkan dalam pemilihan ragam bahasa yang akan digunakan dalam
naskah. Pemilihan ragam bahasa yang akan digunakan dalam penulisan karya ilmiah
adalah dengan menggunakan bahasa ilmiah. Ciri-ciri ragam bahasa ilmiah menurut
Johanes (dalam Analisis Kebudayaan Tahun 1 Nomor 3, 1981: 33-34) dan Moeliono
(1989: 73-74) antara lain adalah:
1)
Nada ragam bahasa ilmiah bersifat formal dan
obyektif
2)
Lazim digunakan untuk titik pandang orang
ketiga dan ragam pasif
3)
Titik pandang nahu (gramatika) bersifat
konsisten
4)
Ragam bahasa ilmiah berbeda dengan ragam
bahasa sastra dalam hal digunakannya istilah-istilah khusus yang dibari makna
khusus sehingga kata yang sama dalam ragam bahasa ilmiah dan ragam bahasa umum
dapat berbeda arti
5)
Tingkat formalitas ragam bahasa ilmiah berbeda
pada tingkat resmi, bukan tingkat keseharian (kolokial)
6)
Bentuk wacana yang digunakan dalam ragam
bahasa ilmiah adalah bentuk pemaparan, bukan argumentasi, deskripsi, atau
narasi
7)
Gagasan dalam ragam bahasa ilmiah diungkapkan
dengan lengkap, jelas, ringkas, dan tepat
8)
Dalam ragam bahasa ilmiah dihindari penggunan
unsur bahasa yang usang, kolot, dan basi
9)
Dalam ragam bahasa ilmiah dihindari
ungkapan-ungkapan yang ekstrim dan emosional
10) Dalam
ragam bahasa ilmiah dihindari kata-kata mubazir
11) Ragam
bahasa ilmiah bersifat moderat
12) Ragam
bahasa ilmiah digunakan sebagai alat komunikasi dengan pikiran, bukan denga
perasaan
13) Panjang
kalimat ragam bahasa ilmiah adalah sedang
14) Penggunaan
majas dalam ragam bahasa ilmiah sangat terbatas
15) Ragam
bahasa ilmiah lazim dilengkapi dengan gambar, diagram, peta, daftar, dan tabel
16) Dalam
ragam bahasa ilmiah diutamakan penggunan unsur mekanis secara tepat, seperti
huruf, tanda baca, lambang bidang ilmu, singkatan, dan rujukan.
3. Pengembangan Paragraf
Paragraf pada hakekatnya
adalah suatu bentuk satu gagasan dasar dan satuan bentuk pengungkap yang
berstruktur dalam suatu karya tulis. Paragraf berisi satuan pikiran yang
tertuang dalam sejumlah kalimat untuk mengungkapkan suatu gagasan dasar.
Paragraf berisi satuan gagasan dari gagasan yang lebih besar. Paragraf adalah
satuan teks terkecil yang berisi satu gagasan dasar dalam pembentukan gagasan
yang lebih besar.
Dalam satu paragraf
terdapat kalimat pokok yang merupakan
inti dari suatu paragraf. Kalimat pokok dapat diletakkan di awal, di tengah,
maupun di sebagai penutup paragraf. Selain kalimat pokok terdapat juga kalimat
pendukung yang letaknya berkebalikan dengan kalimat pokok terkecuali kalimat
pokok yang terletak di tengah paragraf. Pada paragraf berkalimat pokok di
bagian tengah kalimat pendukung berada di depan dan di belakang pada satu
paragraf tersebut.
Mengenai ukuran panjang
paragraf hingga saat ini belum ada patokan tentang ukuran panjang suatu
paragraf yang pasti.
Sebuah paragraf yang baik adalah
paragraf yang memenuhi syarat antara lain syarat pengembangan, syarat
keutuhan, dan syarat kepaduan. Paragraf dengan mememnuhi syarat
pengembangan sebagai contoh adalah paragraf yang memiliki kalimat pengembang
selain kalimat pokok. Pada paragraf yang memenuhi syarat keutuhan sebagai
contoh adalah sebuah paragraf yang memiliki satu gagasan dasar dan didukung
gagasan lain dalam satu paragrafnya. Sedangkan pada paragraf yang memenuhi
syarat kepaduan. Syarat kepaduan adalah paragraf yang kekompakan yang terbentuk
dari antar kalimat yang runtut.
Sebuah naskah yang baik
adalah naskah yang tersusun dari paragraf-paragraf yang tersusun secara terpadu
antara satu dengan yang lainnya. Kalimat dalam paragraf yang menyusun naskah
tersebut juga tersusun secara runtut.
4.
Penulisan Draf
Pada tahap ini penulis
mengaplikasikan tentang pengembangan gagasan, perencanaan naskah, dan
pengembangan paragraf.
5. Finalisasi
Salah satu proses yang ada
dalam finalisasi adalah revisi naskah. Sebelum revisi dilakukan penulis melakukan
pemeriksaan ulang terhadap draft artikel dari segi isi, bahasa, ejaan, tanda
baca, dan teknik penulisan. Berdasarkan pemeriksaan ulang, penulis menemukan
kekurangan dan kesalahan dalam naskah yang akan direvisi.
makasih,, ini sangaadd membantuu,,, :D
BalasHapussama2x....
Hapus