Minggu, 01 April 2012

Bekal penting seorang pustakawan


Berkat adanya UU no.43 Tahun 2007 membuka harapan baru bagi para pustakawan untuk dapat meningkatkan karir dalam hidupnya. Akan tetapi, sampai saat ini profesi sebagai pustakwan masih belum banyak digandrungi. Mungkin karena pekerjaannya yang dianggap oleh sebagian besar orang tidak keren, hanya menjaga buku, dan mencatat setiap pemustaka yang akan meminjam.
Pustakawan selalu diidentikkan dengan orang yang berkacamata tebal, bermuka musam, tidak ramah, dan terkesan kutu buku. Saya, selaku calon pustakawan amat tidak setuju dengan statemen tersebut. Mungkin mindset masyarakat tentang pustakawan saat ini memang seperti itu, akan tetapi yang menjadi PR terbesar untuk para generasi pustakawan saat ini adalah
, “Apakah anda akan melanjutkan mindset tersebut?” ataukah “anda akan menjadi agent of Change dalam hal itu?”.
Jika anda ingin melanjutkan mindset buruk tentang pustakawan, yah... anda harus siap dengan gunjingan dan pastinya orang-orang akan memandang anda rendah. Jika anda ingin merubah semua itu, maka perlu bekal dan persiapan yang matang dan dimulai dari SEKARANG!
Untuk menjadi agent of Change dalam dunia kepustakawanan ada banyak cara yang bisa ditempuh. hal pertama yang harus dimiliki oleh calon atau pustakawan sekalipun adalah mencintai perpustakaan. Dengan adanya rasa cinta itu, maka semua yang dikerjakan menjadi sepenuh hati. Banyak cara untuk mencintai perpustakaan dan kepustakawanan, bukan hanya rajin berkunjung, membaca dan meminjam buku diperpustakaan saja, tetapi selain itu anda bisa cari tahu mengenai sejarah perpustakaan didaerah kita masing-masing, meliputi perpustakaan apa yang pertama berdiri didaerah anda, pustakawan pertamanya sampai dengan mengidolakan sosok pustakawan yang luar biasa dimata anda. Dengan cara tersebut anda akan termotivasi dan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi seperti apa yang anda idolakan. Dengan membaca biografi tokoh-tokoh pustakawan yang the best, maka itu akan menjadi tuntunan anda untuk menapaki jejak sebagai seorang pustakawan.
Selanjutnya adalah Bangga terhadap Profesi pustakawan. Apabila anda tidak mempunyai kebanggaan atas apa yang anda kerjakan, maka hasilnya andapun akan malas-malasan tidak bergairah dan hanya berfikiran negatif. Berbeda apabila anda bangga akan apa yang anda kerjakan. Salah satu cara untuk dapat membanggakan diri adalah dengan bersyukur. Dengan bersyukur menuntun anda untuk selalu besifat positif dan menyingkirkan hal-hal negatif dalam hidup. Bersyukur mendorng anda untuk bergerak maju dengan penuh antusias. Semua permasalahan dalam hidup terasa lebih ringan dengan bersyukur. Jika anda tidak bersyukur dengan apa yang anda peroleh saat ini, ingatlah anda tidak akan pernah berhasil dengan berkeluh kesah. Hanya dengan bersyukurlah anda menumbuhkan sikap positif dalam diri anda, dengan adanya sikap positif tersebut maka rasa bangga dan berusaha untuk membanggakan diri akan hadir didalam kehidupan sebagai seorang pustakawan.
Selanjutnya adalah Mengembangkan ilmu yang diperoleh. Salah satu amal yang tidak akan putus setelah kita meninggal dunia adalah Ilmu yang bermanfaat. Disini dikatakan ilmu yang bermanfaat, bukan orang yang mempunyai banyak ilmu. Percuma bila orang tersebut mempunyai banyak ilmu yang luar biasa, akan tetapi ia tidak mengamalkan atau mengembangkan ilmu yang sudah ia peroleh, maka hasilnya sia-sia. Salah satu kelemahan pustakawan yang ada pada saat ini kebanyakan tidak mau mengembangkan ilmu yang sudah sudah diperoleh.  Kebanyakan dari mereka hanya berfikir untuk bagaimana ilmu saya itu bisa dipakai saja, bukan bagaimana saya memakai ilmu tersebut dan menciptakan hal baru dari ilmu yang saya peroleh. Lalu bagaimana agar kita dapat mengembangkan ilmu yang kita peroleh? Tentu saja banyak cara yang bisa kita tempuh untuk mengembangkan ilmu yang sudah dimiliki, sebagai contoh dengan menanamkan kepada diri kita suatu pertanyaan yang akan memicu kita dalam melakukan suatu inovasi, seperti “ Why to do? Atau Kenapa itu dilakukan?”, bisa saja dengan pertanyaan-pertanyaan lain seperti apa, dimana, siapa, dengan apa, bilamana, mengapa, dan bagaimana. Hal tersebut akan memicu kita untuk lebih berinovasi dan mengembangkan ilmu yang kita miliki, dan disana akan meningkatkan kompetensi, pengetahuan dan keahlian dari seorang pustakawan.
Sharing Knowledge, Manusia adalah makhluk sosial, dengan begitu manusia tidak bisa hidup bila sendirian, perlu adanya bantuan atau pertolongan dari oranglain. Dan bentuk nyatanya adalah masyarakat atau komunitas. Masuk kedalam suatu komunitas sangatlah penting, dengan begitu kita bisa berbagi cerita, ide, membangun kreatifitas, berbagi pengetahuan yang kesemuanya itu diistilahkan sebagai sharing knowledge. Untuk itu, haram hukumnya bagi seorang pustakawan yang kuper alias kurang pergaulan. Dengan sharing knowledge juga pengembangan ilmu yang dimiliki akan terealisasikan.
Jujur,Berani,  Sederhana, Rendah Hati, Ikhlas. Yah, kunci terakhir yang harus dimiliki oleh seorang pustakawan adalah sifat-sifat diatas. Yang pertama adalah Jujur. Kejujuran akan membawa perubahan dasar terhadap kepribadian seseorang. Dengan kejujuran akan membuat kita dihargai dan senantiasa menuntun kepada kebaikan. Akan tetapi dengan Jujur saja tidak akan membawa perubahan bagi banyak orang, kejujuran hanya dapat menghasilkan pengikut, bukan pemimpin. Maka setelah kejujuran harus ada keberanian. Dengan keberanian maka kejujuran akan yang dilakukan akan mempunyai dampak besar bagi banyak orang. Dan keberanianpun datang apabila kita mampu menaklukkan rasa takut. Karena biasanya kita merasa takut untuk berbuat jujur.
Hal lain yang harus dimiliki oleh seorang pustakawan adalah Rendah hati, dengan rendah hati akan memberikan mindset positif dari orang lain ke anda. Sebagaimana dalam suatu istilah dikatakan orang yang tinggi hati akan direndahkan dan orang yang rendah hati akan ditinggikan. Dengan kerendahan hati maka kesederhanaan akan muncul, dengan sederhana kita akan selalu bersyukur, berfikir postif dan melakukan segala nya dengan baik. Pekerjaan yang baik dan maksimal pastinya didasari dengan keikhlasan. Bukankah dalam dunia kepustakawanan dikenal dengan istilah layanan prima? Akan tetapi apakah lebih mengena jika dikatakan sebagai layanan ikhlas?
Tentunya masih banyak hal yang harus dilakukan untuk menjadi seorang pustakawan yang ideal dan benar-benar pustakawan. Dan diharapkan dengan memenuhi dan mencoba untuk merealisasikan minimal hal-hal yang ada diatas, akan menambah kapabilitas kita sebagai seorang pustakawan untuk terus mengembangkan karier dan profesinya dalam dunia kepustakawanan serta mengubah mindset buruk masyarakat Indonesia khususnya tentang pustakawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar