Berkat adanya UU no.43 Tahun 2007
membuka harapan baru bagi para pustakawan untuk dapat meningkatkan karir dalam
hidupnya. Akan tetapi, sampai saat ini profesi sebagai pustakwan masih belum
banyak digandrungi. Mungkin karena pekerjaannya yang dianggap oleh sebagian
besar orang tidak keren, hanya menjaga buku, dan mencatat setiap pemustaka yang
akan meminjam.
Pustakawan selalu diidentikkan
dengan orang yang berkacamata tebal, bermuka musam, tidak ramah, dan terkesan
kutu buku. Saya, selaku calon pustakawan amat tidak setuju dengan statemen tersebut.
Mungkin mindset masyarakat tentang pustakawan saat ini memang seperti itu, akan
tetapi yang menjadi PR terbesar untuk para generasi pustakawan saat ini adalah
,
“Apakah anda akan melanjutkan mindset tersebut?” ataukah “anda akan menjadi
agent of Change dalam hal itu?”.
Jika anda ingin melanjutkan
mindset buruk tentang pustakawan, yah... anda harus siap dengan gunjingan dan
pastinya orang-orang akan memandang anda rendah. Jika anda ingin merubah semua
itu, maka perlu bekal dan persiapan yang matang dan dimulai dari SEKARANG!
Untuk menjadi agent of Change
dalam dunia kepustakawanan ada banyak cara yang bisa ditempuh. hal pertama yang
harus dimiliki oleh calon atau pustakawan sekalipun adalah mencintai
perpustakaan. Dengan adanya rasa cinta itu, maka semua yang dikerjakan menjadi
sepenuh hati. Banyak cara untuk mencintai perpustakaan dan kepustakawanan,
bukan hanya rajin berkunjung, membaca dan meminjam buku diperpustakaan saja,
tetapi selain itu anda bisa cari tahu mengenai sejarah perpustakaan didaerah
kita masing-masing, meliputi perpustakaan apa yang pertama berdiri didaerah
anda, pustakawan pertamanya sampai dengan mengidolakan sosok pustakawan yang
luar biasa dimata anda. Dengan cara tersebut anda akan termotivasi dan berusaha
sekuat tenaga untuk menjadi seperti apa yang anda idolakan. Dengan membaca
biografi tokoh-tokoh pustakawan yang the best, maka itu akan menjadi
tuntunan anda untuk menapaki jejak sebagai seorang pustakawan.
Selanjutnya adalah Bangga
terhadap Profesi pustakawan. Apabila anda tidak mempunyai kebanggaan atas apa
yang anda kerjakan, maka hasilnya andapun akan malas-malasan tidak bergairah
dan hanya berfikiran negatif. Berbeda apabila anda bangga akan apa yang anda
kerjakan. Salah satu cara untuk dapat membanggakan diri adalah dengan
bersyukur. Dengan bersyukur menuntun anda untuk selalu besifat positif dan
menyingkirkan hal-hal negatif dalam hidup. Bersyukur mendorng anda untuk
bergerak maju dengan penuh antusias. Semua permasalahan dalam hidup terasa
lebih ringan dengan bersyukur. Jika anda tidak bersyukur dengan apa yang anda
peroleh saat ini, ingatlah anda tidak akan pernah berhasil dengan berkeluh
kesah. Hanya dengan bersyukurlah anda menumbuhkan sikap positif dalam diri
anda, dengan adanya sikap positif tersebut maka rasa bangga dan berusaha untuk
membanggakan diri akan hadir didalam kehidupan sebagai seorang pustakawan.
Selanjutnya adalah Mengembangkan
ilmu yang diperoleh. Salah satu amal yang tidak akan putus setelah kita
meninggal dunia adalah Ilmu yang bermanfaat. Disini dikatakan ilmu yang
bermanfaat, bukan orang yang mempunyai banyak ilmu. Percuma bila orang tersebut
mempunyai banyak ilmu yang luar biasa, akan tetapi ia tidak mengamalkan atau
mengembangkan ilmu yang sudah ia peroleh, maka hasilnya sia-sia. Salah satu
kelemahan pustakawan yang ada pada saat ini kebanyakan tidak mau mengembangkan
ilmu yang sudah sudah diperoleh. Kebanyakan dari mereka hanya berfikir untuk
bagaimana ilmu saya itu bisa dipakai saja, bukan bagaimana saya memakai ilmu
tersebut dan menciptakan hal baru dari ilmu yang saya peroleh. Lalu bagaimana
agar kita dapat mengembangkan ilmu yang kita peroleh? Tentu saja banyak cara
yang bisa kita tempuh untuk mengembangkan ilmu yang sudah dimiliki, sebagai
contoh dengan menanamkan kepada diri kita suatu pertanyaan yang akan memicu
kita dalam melakukan suatu inovasi, seperti “ Why to do? Atau Kenapa itu
dilakukan?”, bisa saja dengan pertanyaan-pertanyaan lain seperti apa, dimana,
siapa, dengan apa, bilamana, mengapa, dan bagaimana. Hal tersebut akan memicu
kita untuk lebih berinovasi dan mengembangkan ilmu yang kita miliki, dan disana
akan meningkatkan kompetensi, pengetahuan dan keahlian dari seorang pustakawan.
Sharing Knowledge, Manusia adalah
makhluk sosial, dengan begitu manusia tidak bisa hidup bila sendirian, perlu
adanya bantuan atau pertolongan dari oranglain. Dan bentuk nyatanya adalah
masyarakat atau komunitas. Masuk kedalam suatu komunitas sangatlah penting,
dengan begitu kita bisa berbagi cerita, ide, membangun kreatifitas, berbagi
pengetahuan yang kesemuanya itu diistilahkan sebagai sharing knowledge. Untuk
itu, haram hukumnya bagi seorang pustakawan yang kuper alias kurang pergaulan.
Dengan sharing knowledge juga pengembangan ilmu yang dimiliki akan
terealisasikan.
Jujur,Berani, Sederhana, Rendah Hati, Ikhlas. Yah, kunci
terakhir yang harus dimiliki oleh seorang pustakawan adalah sifat-sifat diatas.
Yang pertama adalah Jujur. Kejujuran akan membawa perubahan dasar terhadap
kepribadian seseorang. Dengan kejujuran akan membuat kita dihargai dan
senantiasa menuntun kepada kebaikan. Akan tetapi dengan Jujur saja tidak akan
membawa perubahan bagi banyak orang, kejujuran hanya dapat menghasilkan
pengikut, bukan pemimpin. Maka setelah kejujuran harus ada keberanian. Dengan
keberanian maka kejujuran akan yang dilakukan akan mempunyai dampak besar bagi banyak
orang. Dan keberanianpun datang apabila kita mampu menaklukkan rasa takut. Karena
biasanya kita merasa takut untuk berbuat jujur.
Hal lain yang harus dimiliki oleh
seorang pustakawan adalah Rendah hati, dengan rendah hati akan memberikan
mindset positif dari orang lain ke anda. Sebagaimana dalam suatu istilah
dikatakan orang yang tinggi hati akan direndahkan dan orang yang rendah hati
akan ditinggikan. Dengan kerendahan hati maka kesederhanaan akan muncul, dengan
sederhana kita akan selalu bersyukur, berfikir postif dan melakukan segala nya
dengan baik. Pekerjaan yang baik dan maksimal pastinya didasari dengan
keikhlasan. Bukankah dalam dunia kepustakawanan dikenal dengan istilah layanan
prima? Akan tetapi apakah lebih mengena jika dikatakan sebagai layanan ikhlas?
Tentunya masih banyak hal yang harus
dilakukan untuk menjadi seorang pustakawan yang ideal dan benar-benar
pustakawan. Dan diharapkan dengan memenuhi dan mencoba untuk merealisasikan
minimal hal-hal yang ada diatas, akan menambah kapabilitas kita sebagai seorang
pustakawan untuk terus mengembangkan karier dan profesinya dalam dunia
kepustakawanan serta mengubah mindset buruk masyarakat Indonesia khususnya
tentang pustakawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar