Senin, 24 Desember 2012

“Warnai Hidup dan Bikin Hidup Lebih Hidup Dengan Menulis”


Nggak Perlu Khawatir Nggak Bisa Menulis
Kenapa? Karena pada dasarnya semua orang bisa menulis. Menulis adalah pekerjaan dasar manusia yang sudah ditekuni sejak masih bocah. Sejak SD, Anda pasti sudah pernah mendapatkan pelajaran mengarang. Entah suka atau tidak dengan pelajaran itu, yang jelas Anda sudah pernah menuangkan buah pikiran Anda menjadi sebuah tulisan.  Bahkan, hampir semua pekerjaan di dunia ini melibatkan proses tulis-menulis.

Kini banyak penulis lahir dari baragam dunianya. Ada penulis yang muncul dari kepiawaiannya sebagai motivator atau pakar bisnis. Banyak penulis baru yang lahir dari remaja-remaja kreatif yang mencurahkan daya kreasi atau isi hatinya menjadi cerita fiksi yang patut diacungi jempol. Ada penulis yang lahir dari ustad yang sukses. Ada penulis dari kalangan ibu rumah tangga, yang curhat tentang perannya sebagai ibu rumah tangga atau membagi suka duka dalam mendidik anak. Pokoknya banyak jalan menjadi penulis, tak peduli Anda siapa.

Mengapa Harus Menulis?
Anda bisa hidup abadi dengan menulis! Setidaknya hal ini yang dikatakan orang Prancis dalam pepatahnya:

 “Jika ingin hidup abadi ada tiga hal yang mesti Anda lakukan, pertama menikah dan punyak anak, kedua, tanamlah pohon; dan ketiga, buatlah buku.“

Selain “hidup abadi” seperti pepetah Prancis tadi, manfaat lain yang dirasakan dari menulis sebagai berikut:

  1. Menulis melatih kreativitas.
Ketika menulis, Anda membenamkan diri dalam proses kreatif. Semakin banyak menulis, akan semakin mudah memindahkan keahlian menulis ini ke bidang lain yang membutuhkan solusi kreatif (misal advertising).

  1. Melatih cara berpikir.
Tulisan yang bagus mencerminkan cara berpikir yang bagus. Tidak ada tulisan bagus dilahirkan dari cara berpikir yang amburadul.




  1. Menulis melatih membangkitkan intuisi.
Menulis bukan hanya menggerakkan aktivitas alam sadar, tetapi juga menggerakkan alam bawah sadar. Banyak penulis yang secara tidak sadar berhasil me
nerjemahkan alam bawah sadarnya hingga menjadi mahakarya.

  1. Menulis menambah pundi-pundi kocek Anda.
Menulis juga bisa menjadi cara untuk mendapatkan uang. Kini tak jarang penulis buku sudah menjadi profesi sendiri. Beberapa penulis buku telah merasakan “lezatnya” dampak dari buku yang ditulisnya. Di Indonesia, ada Andrea Hirata, Habbiburahman El Syirazy, Raditya Dika, Moamar Emka, sedangkan di luar negeri ada JK Rowling, Dan Brown, dan Robert  Kiyosaki. Dari royaltinya saja, mereka sudah mengeruk ratusan hingga miliaran rupiah, belum dari royalti film jika karya mereka difilmkan. Bahkan berkat Harry Potter, JK Rowling berhasil menjadi wanita terkaya di Inggris.

  1. Menulislah dan Terkenal!
Banyak orang terkenal setelah membuat buku karena menulis bisa menjadi personal branding dan membangun citra diri. Tulisan yang Anda buat adalah iklan diri Anda. Selain terkenal, orang yang membuat tulisan atau buku dianggap intelek, berkualitas, dan berwawasan luas. Nah, bagi guru, dosen, atau PNS, menulis bisa nambah cum lho!

Menulis Bukan Bakat, Titik!
Mengetahui saja belum cukup; kita harus bertindak. Sekadar ingin pun belum cukup; kita harus melaksanakan.’
--Johan Wolfgang von Goethe—

Menulis bukan bakat. Tak ada orang yang dilahirkan dengan bakat menulis. Seorang dinilai berbakat karena ia melahirkan suatu karya. Kalau menulis saja nggak pernah, bagaimana orang bisa menilai karya tulisan Anda.

Orang berbakat memotret, orang berbakat melukis, atau orang berbakat mendesain baju, karena ia sudah menghasilkan foto, lukisan, dan desain baju. Oranglah yang menilai hasil karya itu bagus atau tidak. Nah, bagus atau tidaknya karya orang bisa diperoleh dari berlatih dan berlatih.

Latihan sudah, menulis pun sudah, lantas? Perlihatkan tulisan Anda ke orang lain, kirim ke media massa, atau kirim ke penerbit. Jangan minder dengan hasil tulisan Anda. Minta ke orang lain untuk menilainya!. Jika orang lain menilai tulisan Anda masih buruk, ya bikin tulisan lagi yang lebih baik. Bikin lagi...bikin lagi.., sampai orang menilai tulisan Anda baik dan orang menilai Anda berbakat menulis. Jadi menurut saya, bakat adalah penilaian orang terhadap apa yang kita hasilkan! Lha kalau tidak menghasilkan apa-apa untuk ditulis, bagaimana orang menilai Anda berbakat menulis?


Mau Menulis? Banyak-banyaklah Membaca!
Menulis adalah soal latihan. Jika Anda sering berlatih menulis, kemampuan Anda dalam menulis akan terasah dengan sendirinya. Tapi, untuk menajamkan kemampuan menulis, Anda perlu, bahkan “wajib” membaca. Menurut saya, menulis adalah kepanjangan tangan dari membaca.

Dengan banyak membaca, intuisi Anda dalam menulis akan terasah. Anda bisa belajar banyak hal dari membaca karya orang lain, misalnya belajar penokohan, belajar membuat sistematika atau plot yang baik, belajar membangun klimaks, belajar menyusun kalimat, belajar mengasah logika, belajar mencipta karakter, atau belajar memilih diksi. Membaca juga jelas-jelas menambah wawasan kita. Tapi ingat: jangan ditiru mentah-mentah apa yang Anda baca! Optimalkan kreativitasmu untuk memodifikasinya sesuai dengan gayamu.

Bagaimana Menemukan Ide?
Menulis adalah menumpahkan ide, gagasan, perasaan, dan pikiran. Banyak hal penting di dunia ini yang dimulai dari persoalan yang sepele. Tapi yang jelas benang merahnya hanya satu: semua diawali dari ide atau gagasan.

Ide, gagasan, pengalaman, dan pikiran yang terlintas di benak Anda harus bisa ditumpahkan ke dalam bentuk tulisan. Ingat: gunakan frame pembaca, jangan gunakan kaca mata Anda untuk menilai sebuah ide pantas dituangkan menjadi sebuah tulisan atau tidak. Jangan dikira ide-ide sepele tidak bisa menjadi bahan tulisan. Banyak penulis besar yang memulai karir menulisnya dengan catatan-catatan kecil dari apa yang mereka saksikan dan mereka rasakan dalam realitas keseharian. Hal-hal sepele biasanya justru mempunyai unsur kedekatan (proximity) dengan pembaca.

Misalnya Andrea Hirata, ia memotret pengalaman masa bocahnya di Belitong yang dia benturkan dengan kondisi sosial pendidikan yang runyam di Indonesia. Contoh lain, buku kumpulan rumus (apa pun mata pelajarannya) atau kumpulan ujian nasional atau ujian-ujian lain (apa pun namanya) dari tahun ke tahun juga selalu menjadi best seller. Kesannya sepele dan gampang bukan? Tapi kadang-kadang tak terpikirkan.


Mulailah Menulis!
Nah, kalau sudah ketemu ide, gagasan, atau pengalaman yang pingin kamu tulis, sekarang mulailah menulis! Duduk manis di depan komputer, tekan tuts-tuts keyboard Anda! Ada beberapa teknik menulis yang bisa dicoba agar Anda tidak cuma bengong di depan komputer memandangi layar komputer yang masih kosong. Berikut ini beberapa tip di antaranya:

1.- Jangan Mengkambinghitamkan Mood
Pernahkah suatu kali Anda merasa, bingung mau menulis apa, kehabisan kata-kata ketika menulis, buntu ide, malas menulis, atau merasa tidak punya waktu untuk menulis? Kalau hal itu terjadi, pastilah mood dijadikan tertuduh. Lagi tidak mood nih...! Masalahnya, benarkah mood sebagai “tersangka utama” yang membuat tulisan tak rampung-rampung? Kalau ya, pertanyaannya lantas bagaimana menjaga mood agar tak gampang kabur?

Menurut saya mood adalah soal pikiran. Mood bisa ditanamkan di pikiran Anda. Jadi jangan jadikan mood sebagai kambing hitam untuk tidak memulai menulis. Kalau tergantung pada mood, Anda akan sangat lama menyelesaikan tulisan, bahkan tak menghasilkan apa-apa. Jadi mood harus didisiplinkan, dijaga, dan dibangun. Mood jangan dimanja!

Mood kerap disandingkan dengan munculnya ide atau gagasan. Jadi mood juga harus cepat ditangani, sebagaimana menangani ide. Misal begitu ide muncul, langsung buat coretan-coretan. Penundaan penulisan bisa saja menyebabkan kehilangan roh gagasan yang paling memikat. Selain itu, mood juga bisa dijaga dengan cara menulis cepat. Begitu ide dan gagasan melimpah, menulislah bak kesurupan!

2. Menulis Tidak Harus Urut
Ketika belajar menulis, jangan harap Anda akan menemukan urut-urutan langkah, mulai dari membuat pendahuluan sampai akhir. Menulis tidak seperti membuat resep masakan. Misalnya pecahkan telur, kocok, tambahkan garam dan bawang bombay, campur dengan tepung, lalu goreng kering. Menulis bisa dimulai dari mana saja. Mau endingnya dulu silakan, mau dari tengah silakan, mau dari awal ya monggo. Nggak ada aturan, menulis harus urut, dari bab awal, bab tengah, kemudian ke penutup. Menulis adalah pekerjaan non-linear, nggak mengenal langkah pertama, kemudian lanjut ke langkah kedua, langkah ketiga dan seterusnya. Menulis novel bisa dari endingnya dulu, baru diakhiri dengan menulis paragraf awal. Begitu juga menulis nonfiksi, bisa Anda mulai dari hal yang Anda kuasai dulu, baru melangkah ke bab yang sulit dan memerlukan informasi detail atau bab yang memerlukan data pendukung yang banyak.

Meskipun proses menulis tidak ada urut-urutannya, kita tetap perlu mengendalikannya supaya tidak ngawur. Pengendalian ini digunakan agar tulisan yang dihasilkan lebih beraturan. Ada 3 komponen bisa dipakai untuk mengendalikan dan membuat proses menulis menjadi lebih teratur:

  • Tujuan (Purpose): Tentukan tujuan tulisan kita, untuk menghibur, memberi inspirasi, atau memandu?
  • Pembaca (Audience): Tentukan pembaca kita. Nggak ada buku untuk semua orang. Sebuah buku pasti cocok untuk kelompok orang tertentu. Misal, novel teenlit pasti cuma cocok buat remaja; bapak saya nggak mungkin baca teenlit.
  • Kode (Code): Tentukan cara menyampaikan ide. Di sinilah penulis akan menentukan gaya bahasa, strategi komunikasi, maupun pilihan kata yang akan dipakainya.

Writers Block
Pernahkah Anda merasa sama sekali tak menghasilkan satu kalimat pun ketika menulis. Pikiran buntu, tak ada ide yang muncul, kata-kata terasa tidak pas, tak ada kalimat yang mengalir. Itulah yang disebut writers block. Kejadian ini tak hanya dialami oleh para penulis pemula, penulis yang sudah piawai menulis pun kadang-kadang jengah dibuatnya. Namun Anda tak perlu khawatir, para penulis berpengalaman ternyata memiliki resep cespleng untuk mengatasinya. Berikut ini resep-resep yang rela mereka bagikan ke kita.

1. Menulis Cepat
Bagaimana caranya?
  1. Tulislah apa yang ada di pikiran Anda. Tumpahkan saja semua, jangan diedit. Biarkan mengalir apa adanya. Biarkan jari-jari Anda menekan tuts-tuts keyboard di komputer untuk memproduksi kata-kata. Terus tuliskan pikiran Anda. Jelek, biarkan saja. Terus saja tuliskan, biar semua tulisan jelekmu itu menumpuk. Pemikiran terbaik Anda akan muncul secara tersamarkan di dalam gumpalan pemikiran terburuk Anda. Salah satu cara memancing pemikiran terbaik Anda adalah tuliskan kata sebanyak-banyaknya. Anggap diri anda sebagai “pabrik kata”.
  2. Jangan berhenti menulis, biarpun Anda bingung karena kehabisan kata-kata. Tetaplah jaga pikiran. Usahakan tangan anda terus bergerak dengan mengulangi kata atau huruf terakhir yang anda tuliskan. Anda juga bisa menuliskan kata yang tidak beraturan dengan bahasa yang ngawur. Bahkan kalau Anda tidak dapat memikirkan apa pun untuk ditulis, sah-sah saja menuliskan: tidak terpikir, tidak terpikir, tidak terpikir, berulang-ulang.
  3. Batasi waktu anda menulis, misal 10—20 menghasilkam 2—3 halaman. Membatasi waktu penulisan akan membuat pikiran bisa berkonsentrasi dengan baik.
  4. Dilarang keras menjejalkan data-data penguat argumentasi, misal dalam bentuk kutipan panjang maupun pendek.
  5. Dilarang mengedit pada tahap awal. Lakukan editing dan evaluasi ketika semua bab sudah tersusun lengkap.

2. Teknik Jika Saya....
Teknik ini akan memperkaya dan melatih daya imajinasi Anda dalam membuat sebuah tulisan yang kreatif.
Misal:
- Jika saya seekor kelinci yang nyasar di sebuah pasar malam.
- Jika saya seekor nyamuk yang gak bisa keluar dari sebuah salon kecantikan.

3. Strategi 3 Kata
Jika anda kehabisan ide di tengah-tengah “pertempuran” dengan kata-kata, gunakan strategi ini. Caranya, pilih tiga kata yang tidak saling berhubungan. Rangkai dan kembangkan ketiga kata tersebut menjadi sebuah paragraf atau tulisan yang nyaman, enak, dan segar dibaca. Gunakan kata ganti orang ketiga (bukan diri sendiri) dalam mengungkapkannya. Strategi ini biasanya cukup ampuh untuk membuka kebuntuan ketika menulis.

4. Pinjam Paragraf Orang Lain
Pilih sebuah praagraf dari penulis lain yang menurut Anda menarik, lantas lanjutkan paragraf tersebut menjadi sebuah cerita menurut versi Anda. Setelah selesai menyusun cerita, kembalikan paragraf pinjaman tersebut ke pemiliknya. Anda tak sadar sudah membuat jalan cerita sendiri. Melanjutkan cerita dari penulis lain dapat melatih logika terstruktur dan melatih imajinasi abstrak Anda.

5. Stimulasi Acak
Ketika gagasan, ide, pemikiran Anda untuk menuliskan sesuatu macet. Pakai cara ini. Pilih 4 kata benda, susun menurun, dan pasangkan kata benda itu dengan kata sifat. Hubungkan secara silang antara kata benda dengan kata sifat tersebut. Pilih dua kata benda dan kata sifat, buat menjadi 1—2 paragraf/tulisan.
 
Buat Judul yang Memikat
Aduh, judulnya apa ya? Pertanyaan klasik ini kerap muncul tatkala seorang penulis mau mulai menulis. Sebenarnya, judul tak harus Anda tentukan di depan atau ketika Anda mau mulai menulis. Bisa-bisa Anda tak jadi menulis hanya gara-gara tak menemukan judul yang oke. Judul bisa Anda tentukan di depan, bisa juga di belakang ketika tulisan telah selesai.

Bagaimana membuat judul yang menarik perhatian orang? Kendati isi buku Anda cukup bagus, tapi judulnya biasa-biasa saja, bisa jadi buku Anda tak dilirik orang. Kesan pertama orang terhadap buku/tulisan, bisa jadi dari judulnya. Judul yang bagus, menarik, dan puya greget adalah impresi bagi orang lain. Lantas, judul seperti apa sih yang menarik dan punya daya jual? Berikut beberapa karakter yang bisa Anda jadikan “contekan” untuk membuat judul sebuah buku.
  1. Judul harus unik
  2. Judul mengandung unsur rahasia
  3. Judul menjawab persoalan
  4. Judul sensasional, bombastis, absurd
  5. Judul kontroversial
  6. Judul memanfaatkan arus besar (memainkan emosi massa)
  7. Judul memiliki kemiripan dengan judul yang telah sukses
  8. Judul memakai istilah atau kalimat, kata yang populer.

Anda boleh-boleh saja membuat judul yang sesuai dengan keinginan anda, tapi perlu diingat, keputusan judul tetap di penerbit. Jadi Anda harus ikhlas seandainya penerbit mengganti judul yang Anda tawarkan karena penerbit biasanya lebih tahu tentang kondisi pasar. Tapi kalau Anda menawarkan naskah dengan judul yang menarik, setidaknya penerbit akan memberi perhatian lebih pada naskah Anda. Karena itu tadi: Anda telah menghadirkan impresi tulisan lewat judul.

Nah, kalau sudah memahami strategi-strategi menulis, mari kita mengenal lebih dekat tentang tulisan fiksi dan nonfiksi. Keduanya jelas memerlukan pendekatan yang berbeda karena memang esensi keduanya berbeda.

Menulis Nonfiksi
Ada dua kutub besar dalam dunia penulisan, yakni tulisan fiksi dan nonfiksi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata fiksi berarti cerita rekaan, khayalan, tidak berdasarkan kenyataan. Lantas pengertian nonfiksi seperti apa? Ya, tentu saja kebalikan dari fiksi karena ada kata “non” di sana. Jadi tulisan nonfiksi adalah cerita yang berdasarkan kenyataan, bukan imajinasi penulisnya, dan bukan rekaan. Jenis tulisan yang termasuk ke dalam nonfiksi antara lain buku agama, feature, artikel, berita, otobiografi, buku-buku panduan (how to), buku pelajaran, skripsi, jurnal ilmiah, dll.

Apa saja yang perlu diperhatikan dalam penulisan buku nonfiksi?

  1. Tentukan Tema
Tema memegang peran penting dalam penulisan buku nonfiksi. Bidikan tema yang tepat bakal membuat buku karya Anda setidaknya dilirik orang. Bahkan, buku-buku best seller kebanyakan muncul dari tema yang tepat. Hal penting yang yang perlu diperhatikan berkaitan dengan tema tulisan adalah: Jangan sepelekan hal yang sepele! Jangan melihat tema hanya dari kaca mata kita, lihatlah dari apa yang dibutuhkan dan dirasakan orang lain. Potret saja yang dekat dengan keseharian kita. Contoh paling dekat adalah buku-buku how to (panduan), hobi, dan pengalaman hidup, misal panduan memasak, panduan komputer, turorial HP, panduan bercocok tanam tanaman hias, panduan otomotif, pengetahuan, dll.

Jangan terlalu idealis (ini penyakit kebanyakan para penulis pemula). Pilih tema yang tidak terlalu berat, pilih tema yang praktis-praktis saja. Tema berat justru bikin pembaca pusing tujuh keliling, akhirnya buku tak dibaca (masih untung, coba kalau tak dibeli). Belum lagi harga buku menjadi sangat mahal (karena banyak keinginan penulis yang bukunya ingin tampil wah dan eksklusif). Contoh buku-buku yang lahir dari hal-hal yang “sepele”: berhitung dengan jari, mathmagic, humor, budi daya belut, memperbaiki TV berwarna, memperbaiki komputer, kumpulan soal-soal ujian, menu makanan sehari-hari, 100 tips antigagal bikin kue.

  1. Tentukan Target Pembaca
Target pembaca sangat penting ditetapkan dari awal tulisan dibuat. Mengapa? Karena dengan menetapkan target pembaca kita dapat menentukan jenis buku seperti apa yang akan kita buat. Hal ini berkaitan dengan gaya penyajian buku, pilihan kata, pilihan kalimat, gaya bertutur, warna cover, ukuran buku, jenis kertas yang digunakan, dll. Misal buku anak, ya disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan akrab dengan dunia anak. Kalau ada ilustrasi yang gunakan ilustrasi yang “anak-anak banget”, termasuk pilihan warnanya. Kalau ingin membuat text book untuk bahan ajar siswa atau untuk kuliah, ya sesuaikan gaya penyajian dan materinya dengan garis besar kurikulum atau materi perkuliahan. Bahasanya tentu lebih ilmiah dan akademis. Penggunaan istilah-istilah ilmiah di sini sah-sah saja.

Kalau ingin membuat buku-buku panduan (how to), sajikan dengan bahasa yang praktis (istilah kerennya ilmiah populer). Tujuan penggunaan bahasa ilmiah populer tak lain untuk mendekatkan diri ke pasar. Tulisan ilmiah populer bersifat memberi informasi dan pemahaman kepada masyarakat awam, karena itu masyarakat awam justru jangan dibikin tidak paham dengan penggunaan istilah-istilah ilmiah atau asing.
Cara penuturan karya ilmiah populer bebas. Boleh bercerita (naratif), melukiskan (deskriptif), memaparkan (eksposisi), atau membahas (argumentatif) yaitu memaparkan ditambah dengan penilaian kita agar dapat diterima atau disetujui oleh pembaca.
Gerak penulisannya juga dapat dipilih sendiri oleh penulis, yakni deduksi yang berangkat dari hal-hal umum menuju ke hal-hal khusus atau induksi yang berangkat dari hal-hal khusus menuju ke hal-hal umum.
3. Gali Informasi
Informasi bisa didapat dari mana saja. Namun, informasi yang akurat harus pintar-pintar mencarinya. Cara pencarian informasi bisa kita tiru dari metode yang diterapkan para wartawan atau pekerja jurnalis. Agar data yang diperoleh benar-benar akurat, kita bisa memadukan beberapa metode penggalian informasi berikut ini

3.1. Observasi
Observasi adalah mengamati secara detil sebuah objek dan menuangkannya dalam bentuk deskripsi. Apa yang diamati? Bisa banyak hal, misalnya tingkah laku, aktivitas, lingkungan sekitar kita, tempat, orang. Kegiatan observasi ini melibatkan seluruh pancaindra. Diperlukan sensitivitas dan ketelitian untuk mengamati sebuah objek. Catat apa yang dirasakan oleh panca indra dan interpretasikan. Segela sesuatu yang berkaitan dengan objek harus diungkap.

Dengan observasi kita dapat memperoleh keuntungan:
1. Dapat melihat peristiwa atau hal-hal yang kurang mendapat perhatian.
2. Menggali hal-hal yang belum didapat ketika wawancara.
3. Karena melihat keadaan sekitar, kita dapat memahami nilai, sikap, kebiasaan.
 
3.2. Wawancara
Mewawancarai orang lain membutuhkan teknik khusus. Jangan sampai objek yang kita wawancarai merasa canggung, grogi, tak nyaman. Buat suasana wawancara santai. Jangan terlalu formal. Buat seperti sedang mengobrol. Mau diselingi dengan bercanda (untuk mencairkan suasana) juga boleh. Kondisi yang kurang santai membuat informasi yang diperlukan tidak keluar. Namun sebelumnya, kenali dulu karakter nara sumber yang akan kita wawancarai. Baca sebanyak mungkin buku atau cari informasi mengenai topik yang akan kita angkat untuk diwawancarai agar pembicaraan dengan nara sumber bisa nyambung dan gak malu-maluin. Afdolnya, buat list pertanyaan. Namun ingat, pertanyaan ketika wawancara sangat bisa berkembang, karena itu jangan terlalu berpatokan pada list pertanyaan yang telah disusun. Ini juga penting: catat atau rekam hasil wawancara.

3.3. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data atau informasi dari berbagai bahan bacaan, bisa dari buku, majalah, surat kabar, tesis, skripsi, jurnal ilmiah, modul pengajaran, dll. Cari bahan pustaka yang mendukung tema yang akan ditulis. Keuntungan dari studi pustaka adalah kita dapat mencari informasi secara lebih detil dan lebih banyak ketimbang observasi dan wawancara. Artinya, studi pustaka bisa melengkapi data yang tidak kita dapat ketika observsi atau wawancara. Jangan lupa mencantumkan sumber bacaan ke dalam daftar pustaka atau catatan kaki. Ingat, jangan meng-copy paste, tulisan orang lain. Jangan dikutip mentah-mentah. Tapi susun dengan kalimat Anda sendiri.

3.4. Internet
Di era teknologi informasi seperti saat ini, keberadaan internet menjadi sangat vital. Karena dengan surfing di internet, semua informasi dapat kita akses dengan gampang. Ibaratnya, mau cari apa saja, bakal Anda temukan di internet. Namun, informasi yang berserakan di internet, kadang-kadang tak menyebutkan siapa penulisnya. Kendati demikian, sumber alamatnya (source) sangat jelas. Boleh lakukan ATM (Amati, Tiru, Modifikasi), tapi jangan dicopy mentah-mentah. Bisa berabe nantinya.

4. Buat Outline
Outline berisikan daftar rencana isi naskah dan urut-urutannya. Seberapa penting outline bagi penulis? Kalau menurut saya, outline sangat penting, malah mungkin wajib!  Mengapa? Simak saja manfaat outline berikut ini:
  1. Lewat outline tulisan kita dapat lebih terarah dan sistematis.
  2. Sangat memudahkan kita menyusun sebuah tulisan.
  3. Menjadi tahu apa yang kita tulis.
  4. Bisa menulis tidak harus dari urutan bab.
  5. Lebih cepat memutuskan, bagian mana yang akan ditambah, dan bagian mana yang akan dibuang.


5. Menulislah, Baru Diedit!
Mulai menulislah dari mana saja, tidak harus dari bab satu, ke bab dua, dst. Anda bisa memulainya dari bab yang Anda kuasai juga boleh. Menulsilah secara cepat, jangan diedit, jangan menambahkan referensi apa pun dalam tulisan Anda. Setelah selesai menulis cepat, baru Anda baca lagi, Anda atur sistematikanya, Anda tambahkan informasi dari referensi dan hasil wawancara/observasi, terakhir Anda tinggal mengeditnya.

 

* Hasil rangkuman beberapa materi seminar penulisan Kelompok Agromedia Grup yang ditulis Lukito Umar, Windy Aristanti, Endro Wahyono dkk. Disampaikan kembali untuk materi seminar penulisan di UIN tanggal 2 Juni 2012.

* Pemateri adalah Penggiat perbukuan sejak tahun 2001, sempat pengelola Toko Buku (Beranda, Alinea), Pemasaran dan Promosi Penerbit (Lentera Dipantara, Jendela, Pinus), Direktur EO Pameran Buku (PT. Buka Buku Production) yang telah menggarap 72 event pameran buku nasional di Pulau Jawa dan Sumatera,dan kini dipercaya sebagai Redaktur Pelaksana Penerbit Indonesia Tera (sebuah penerbit di Jogjakarta yang bergerak di bidang bahasa, kamus, penunjang pelajaran, hobby, ketrampilan dan kewanitaan dll di bawah Kelompok Agromedia Grup). Tulisanya tentang pengembangan pasar buku di daerah banyak di muat di berbegai media massa lokal di Jawa dan Sumatera. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar