Nggak Perlu Khawatir Nggak Bisa Menulis
Kenapa? Karena pada
dasarnya semua orang bisa menulis. Menulis
adalah pekerjaan dasar manusia yang sudah ditekuni sejak masih bocah. Sejak SD,
Anda pasti sudah pernah mendapatkan pelajaran mengarang. Entah suka atau tidak
dengan pelajaran itu, yang jelas Anda sudah pernah menuangkan buah pikiran Anda
menjadi sebuah tulisan. Bahkan, hampir
semua pekerjaan di dunia ini melibatkan proses
tulis-menulis.
Kini
banyak penulis lahir dari baragam dunianya. Ada penulis yang muncul dari
kepiawaiannya sebagai motivator atau pakar bisnis. Banyak penulis baru yang
lahir dari remaja-remaja kreatif yang mencurahkan daya kreasi atau isi hatinya
menjadi cerita fiksi yang patut diacungi jempol. Ada penulis yang lahir dari
ustad yang sukses. Ada penulis dari kalangan ibu rumah tangga, yang curhat
tentang perannya sebagai ibu rumah tangga atau membagi suka duka dalam mendidik
anak. Pokoknya banyak jalan menjadi penulis, tak peduli Anda siapa.
Mengapa Harus Menulis?
Anda
bisa hidup abadi dengan menulis! Setidaknya hal ini yang dikatakan orang
Prancis dalam pepatahnya:
“Jika ingin hidup abadi ada tiga hal yang
mesti Anda lakukan, pertama menikah
dan punyak anak, kedua, tanamlah
pohon; dan ketiga, buatlah buku.“
Selain
“hidup abadi” seperti pepetah Prancis tadi, manfaat lain yang dirasakan dari
menulis sebagai berikut:
- Menulis melatih kreativitas.
Ketika menulis, Anda membenamkan diri dalam proses
kreatif. Semakin banyak menulis, akan semakin mudah memindahkan keahlian
menulis ini ke bidang lain yang membutuhkan solusi kreatif (misal advertising).
- Melatih cara berpikir.
Tulisan yang bagus mencerminkan cara berpikir yang bagus.
Tidak ada tulisan bagus dilahirkan dari cara berpikir yang amburadul.
- Menulis melatih membangkitkan intuisi.
Menulis bukan hanya menggerakkan aktivitas alam sadar,
tetapi juga menggerakkan alam bawah sadar. Banyak penulis yang secara tidak
sadar berhasil me
nerjemahkan alam bawah sadarnya hingga menjadi mahakarya.
- Menulis menambah pundi-pundi kocek Anda.
Menulis juga bisa menjadi cara untuk mendapatkan uang.
Kini tak jarang penulis buku sudah menjadi profesi sendiri. Beberapa penulis
buku telah merasakan “lezatnya” dampak dari buku yang ditulisnya. Di Indonesia,
ada Andrea Hirata, Habbiburahman El Syirazy, Raditya Dika, Moamar Emka,
sedangkan di luar negeri ada JK Rowling, Dan Brown, dan Robert Kiyosaki. Dari royaltinya saja, mereka sudah
mengeruk ratusan hingga miliaran rupiah, belum dari royalti film jika karya
mereka difilmkan. Bahkan berkat Harry Potter, JK Rowling berhasil menjadi
wanita terkaya di Inggris.
- Menulislah dan Terkenal!
Banyak orang terkenal setelah membuat buku karena menulis
bisa menjadi personal branding dan
membangun citra diri. Tulisan yang Anda buat adalah iklan diri Anda. Selain
terkenal, orang yang membuat tulisan atau buku dianggap intelek, berkualitas,
dan berwawasan luas. Nah, bagi guru, dosen, atau PNS, menulis bisa nambah cum
lho!
Menulis Bukan Bakat, Titik!
‘Mengetahui saja
belum cukup; kita harus bertindak. Sekadar ingin pun belum cukup; kita harus
melaksanakan.’
--Johan Wolfgang von Goethe—
Menulis
bukan bakat. Tak ada orang yang dilahirkan dengan bakat menulis. Seorang
dinilai berbakat karena ia melahirkan suatu karya. Kalau menulis saja nggak pernah, bagaimana orang bisa
menilai karya tulisan Anda.
Orang
berbakat memotret, orang berbakat melukis, atau orang berbakat mendesain baju,
karena ia sudah menghasilkan foto, lukisan, dan desain baju. Oranglah yang
menilai hasil karya itu bagus atau tidak. Nah, bagus atau tidaknya karya orang
bisa diperoleh dari berlatih dan berlatih.
Latihan
sudah, menulis pun sudah, lantas? Perlihatkan tulisan Anda ke orang lain, kirim
ke media massa, atau kirim ke penerbit. Jangan minder dengan hasil tulisan
Anda. Minta ke orang lain untuk menilainya!. Jika orang lain menilai tulisan
Anda masih buruk, ya bikin tulisan lagi yang lebih baik. Bikin lagi...bikin
lagi.., sampai orang menilai tulisan Anda baik dan orang menilai Anda berbakat
menulis. Jadi menurut saya, bakat adalah penilaian orang terhadap apa yang kita
hasilkan! Lha kalau tidak menghasilkan apa-apa untuk ditulis, bagaimana orang
menilai Anda berbakat menulis?
Mau Menulis? Banyak-banyaklah Membaca!
Menulis
adalah soal latihan. Jika Anda sering berlatih menulis, kemampuan Anda dalam
menulis akan terasah dengan sendirinya. Tapi, untuk menajamkan kemampuan
menulis, Anda perlu, bahkan “wajib” membaca. Menurut saya, menulis adalah
kepanjangan tangan dari membaca.
Dengan
banyak membaca, intuisi Anda dalam menulis akan terasah. Anda bisa belajar
banyak hal dari membaca karya orang lain, misalnya belajar penokohan, belajar membuat sistematika atau plot yang
baik, belajar membangun klimaks, belajar menyusun kalimat, belajar mengasah
logika, belajar mencipta karakter, atau belajar memilih diksi. Membaca juga
jelas-jelas menambah wawasan kita. Tapi ingat: jangan ditiru mentah-mentah apa
yang Anda baca! Optimalkan kreativitasmu untuk memodifikasinya sesuai dengan
gayamu.
Bagaimana Menemukan Ide?
Menulis
adalah menumpahkan ide, gagasan, perasaan, dan pikiran. Banyak hal penting di
dunia ini yang dimulai dari persoalan yang sepele. Tapi yang jelas benang
merahnya hanya satu: semua diawali dari ide atau gagasan.
Ide,
gagasan, pengalaman, dan pikiran yang terlintas di benak Anda harus bisa
ditumpahkan ke dalam bentuk tulisan. Ingat: gunakan frame pembaca, jangan gunakan kaca mata Anda untuk menilai sebuah
ide pantas dituangkan menjadi sebuah tulisan atau tidak. Jangan dikira ide-ide
sepele tidak bisa menjadi bahan tulisan. Banyak penulis besar yang memulai
karir menulisnya dengan catatan-catatan kecil dari apa yang mereka saksikan dan
mereka rasakan dalam realitas keseharian. Hal-hal sepele biasanya justru
mempunyai unsur kedekatan (proximity)
dengan pembaca.
Misalnya
Andrea Hirata, ia memotret pengalaman masa bocahnya di Belitong yang dia
benturkan dengan kondisi sosial pendidikan yang runyam di Indonesia. Contoh
lain, buku kumpulan rumus (apa pun mata pelajarannya) atau kumpulan ujian
nasional atau ujian-ujian lain (apa pun namanya) dari tahun ke tahun juga
selalu menjadi best seller. Kesannya sepele dan gampang bukan? Tapi
kadang-kadang tak terpikirkan.
Mulailah Menulis!
Nah, kalau sudah ketemu ide, gagasan,
atau pengalaman yang pingin kamu tulis, sekarang mulailah menulis! Duduk manis
di depan komputer, tekan tuts-tuts keyboard Anda! Ada beberapa teknik menulis
yang bisa dicoba agar Anda tidak cuma bengong di depan komputer memandangi
layar komputer yang masih kosong. Berikut ini beberapa tip di antaranya:
1.- Jangan Mengkambinghitamkan Mood
Pernahkah suatu kali
Anda merasa, bingung mau menulis apa, kehabisan kata-kata ketika menulis, buntu
ide, malas menulis, atau merasa tidak punya waktu untuk menulis? Kalau hal itu
terjadi, pastilah mood dijadikan tertuduh. Lagi tidak mood nih...! Masalahnya,
benarkah mood sebagai “tersangka utama” yang membuat tulisan tak
rampung-rampung? Kalau ya, pertanyaannya lantas bagaimana menjaga mood agar tak
gampang kabur?
Menurut saya mood
adalah soal pikiran. Mood bisa ditanamkan di pikiran Anda. Jadi jangan jadikan mood sebagai kambing
hitam untuk tidak memulai menulis. Kalau tergantung pada mood, Anda akan sangat
lama menyelesaikan tulisan, bahkan tak menghasilkan apa-apa. Jadi mood harus
didisiplinkan, dijaga, dan dibangun. Mood jangan dimanja!
Mood kerap
disandingkan dengan munculnya ide atau gagasan. Jadi mood juga harus cepat
ditangani, sebagaimana menangani ide. Misal begitu ide muncul, langsung buat
coretan-coretan. Penundaan penulisan bisa saja menyebabkan kehilangan roh
gagasan yang paling memikat. Selain itu, mood juga bisa dijaga dengan cara
menulis cepat. Begitu ide dan gagasan melimpah, menulislah bak kesurupan!
2. Menulis Tidak Harus Urut
Ketika
belajar menulis, jangan harap Anda akan menemukan urut-urutan langkah, mulai
dari membuat pendahuluan sampai akhir. Menulis tidak seperti membuat resep
masakan. Misalnya pecahkan telur, kocok, tambahkan garam dan bawang bombay,
campur dengan tepung, lalu goreng kering. Menulis bisa dimulai dari mana saja.
Mau endingnya dulu silakan, mau dari tengah silakan, mau dari awal ya monggo. Nggak ada aturan, menulis harus urut, dari bab awal, bab tengah,
kemudian ke penutup. Menulis adalah pekerjaan non-linear, nggak mengenal langkah pertama, kemudian lanjut ke langkah kedua,
langkah ketiga dan seterusnya. Menulis novel bisa dari endingnya dulu, baru
diakhiri dengan menulis paragraf awal. Begitu juga menulis nonfiksi, bisa Anda
mulai dari hal yang Anda kuasai dulu, baru melangkah ke bab yang sulit dan
memerlukan informasi detail atau bab yang memerlukan data pendukung yang
banyak.
Meskipun
proses menulis tidak ada urut-urutannya, kita tetap perlu mengendalikannya
supaya tidak ngawur. Pengendalian ini digunakan agar tulisan yang dihasilkan
lebih beraturan. Ada 3 komponen bisa dipakai untuk mengendalikan dan membuat
proses menulis menjadi lebih teratur:
- Tujuan (Purpose):
Tentukan tujuan tulisan kita, untuk menghibur, memberi inspirasi, atau
memandu?
- Pembaca (Audience):
Tentukan pembaca kita. Nggak ada
buku untuk semua orang. Sebuah buku pasti cocok untuk kelompok orang
tertentu. Misal, novel teenlit pasti cuma cocok buat remaja; bapak saya nggak mungkin baca teenlit.
- Kode (Code):
Tentukan cara menyampaikan ide. Di sinilah penulis akan menentukan gaya
bahasa, strategi komunikasi, maupun pilihan kata yang akan dipakainya.
Writers Block
Pernahkah Anda merasa
sama sekali tak menghasilkan satu kalimat pun ketika menulis. Pikiran buntu,
tak ada ide yang muncul, kata-kata terasa tidak pas, tak ada kalimat yang
mengalir. Itulah yang disebut writers block. Kejadian ini tak hanya dialami
oleh para penulis pemula, penulis yang sudah piawai menulis pun kadang-kadang
jengah dibuatnya. Namun Anda tak perlu khawatir, para penulis berpengalaman
ternyata memiliki resep cespleng untuk mengatasinya. Berikut ini resep-resep
yang rela mereka bagikan ke kita.
1. Menulis Cepat
Bagaimana caranya?
- Tulislah apa yang ada di pikiran Anda. Tumpahkan
saja semua, jangan diedit. Biarkan mengalir apa adanya. Biarkan jari-jari
Anda menekan tuts-tuts keyboard di komputer untuk memproduksi kata-kata.
Terus tuliskan pikiran Anda. Jelek, biarkan saja. Terus saja tuliskan,
biar semua tulisan jelekmu itu menumpuk. Pemikiran terbaik Anda akan
muncul secara tersamarkan di dalam gumpalan pemikiran terburuk Anda. Salah
satu cara memancing pemikiran terbaik Anda adalah tuliskan kata
sebanyak-banyaknya. Anggap diri anda sebagai “pabrik kata”.
- Jangan berhenti menulis, biarpun Anda bingung karena
kehabisan kata-kata. Tetaplah jaga pikiran. Usahakan tangan anda terus
bergerak dengan mengulangi kata atau huruf terakhir yang anda tuliskan.
Anda juga bisa menuliskan kata yang tidak beraturan dengan bahasa yang
ngawur. Bahkan kalau Anda tidak dapat memikirkan apa pun untuk ditulis,
sah-sah saja menuliskan: tidak terpikir, tidak terpikir, tidak terpikir,
berulang-ulang.
- Batasi waktu anda menulis, misal 10—20 menghasilkam
2—3 halaman. Membatasi waktu penulisan akan membuat pikiran bisa
berkonsentrasi dengan baik.
- Dilarang keras menjejalkan data-data penguat
argumentasi, misal dalam bentuk kutipan panjang maupun pendek.
- Dilarang mengedit pada tahap awal. Lakukan editing
dan evaluasi ketika semua bab sudah tersusun lengkap.
2. Teknik Jika Saya....
Teknik ini akan
memperkaya dan melatih daya imajinasi Anda dalam membuat sebuah tulisan yang
kreatif.
Misal:
- Jika saya seekor
kelinci yang nyasar di sebuah pasar malam.
- Jika saya seekor
nyamuk yang gak bisa keluar dari sebuah salon kecantikan.
3. Strategi 3 Kata
Jika anda kehabisan
ide di tengah-tengah “pertempuran” dengan kata-kata, gunakan strategi ini.
Caranya, pilih tiga kata yang tidak saling berhubungan. Rangkai dan kembangkan
ketiga kata tersebut menjadi sebuah paragraf atau tulisan yang nyaman, enak,
dan segar dibaca. Gunakan kata ganti orang ketiga (bukan diri sendiri) dalam
mengungkapkannya. Strategi ini biasanya cukup ampuh untuk membuka kebuntuan
ketika menulis.
4. Pinjam Paragraf Orang Lain
Pilih sebuah praagraf
dari penulis lain yang menurut Anda menarik, lantas lanjutkan paragraf tersebut
menjadi sebuah cerita menurut versi Anda. Setelah selesai menyusun cerita,
kembalikan paragraf pinjaman tersebut ke pemiliknya. Anda tak sadar sudah
membuat jalan cerita sendiri. Melanjutkan cerita dari penulis lain dapat
melatih logika terstruktur dan melatih imajinasi abstrak Anda.
5. Stimulasi Acak
Ketika gagasan, ide,
pemikiran Anda untuk menuliskan sesuatu macet. Pakai cara ini. Pilih 4 kata
benda, susun menurun, dan pasangkan kata benda itu dengan kata sifat. Hubungkan
secara silang antara kata benda dengan kata sifat tersebut. Pilih dua kata
benda dan kata sifat, buat menjadi 1—2 paragraf/tulisan.
Buat Judul yang Memikat
Aduh, judulnya apa ya?
Pertanyaan klasik ini kerap muncul tatkala seorang penulis mau mulai menulis.
Sebenarnya, judul tak harus Anda tentukan di depan atau ketika Anda mau mulai
menulis. Bisa-bisa Anda tak jadi menulis hanya gara-gara tak menemukan judul
yang oke. Judul bisa Anda tentukan di depan, bisa juga di belakang ketika
tulisan telah selesai.
Bagaimana membuat
judul yang menarik perhatian orang? Kendati isi buku Anda cukup bagus, tapi
judulnya biasa-biasa saja, bisa jadi buku Anda tak dilirik orang. Kesan pertama
orang terhadap buku/tulisan, bisa jadi dari judulnya. Judul yang bagus,
menarik, dan puya greget adalah
impresi bagi orang lain. Lantas, judul seperti apa sih yang menarik dan punya
daya jual? Berikut beberapa karakter yang bisa Anda jadikan “contekan” untuk
membuat judul sebuah buku.
- Judul harus unik
- Judul mengandung unsur rahasia
- Judul menjawab persoalan
- Judul sensasional, bombastis, absurd
- Judul kontroversial
- Judul memanfaatkan arus besar (memainkan emosi
massa)
- Judul memiliki kemiripan dengan judul yang telah
sukses
- Judul memakai istilah atau kalimat, kata yang
populer.
Anda boleh-boleh saja
membuat judul yang sesuai dengan keinginan anda, tapi perlu diingat, keputusan
judul tetap di penerbit. Jadi Anda harus ikhlas seandainya penerbit mengganti
judul yang Anda tawarkan karena penerbit biasanya lebih tahu tentang kondisi
pasar. Tapi kalau Anda menawarkan naskah dengan judul yang menarik, setidaknya
penerbit akan memberi perhatian lebih pada naskah Anda. Karena itu tadi: Anda
telah menghadirkan impresi tulisan lewat judul.
Nah, kalau sudah memahami
strategi-strategi menulis, mari kita mengenal lebih dekat tentang tulisan fiksi
dan nonfiksi. Keduanya jelas memerlukan pendekatan yang berbeda karena memang
esensi keduanya berbeda.
Menulis Nonfiksi
Ada dua kutub besar
dalam dunia penulisan, yakni tulisan fiksi dan nonfiksi. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), kata fiksi berarti cerita rekaan, khayalan, tidak
berdasarkan kenyataan. Lantas pengertian nonfiksi seperti apa? Ya, tentu saja
kebalikan dari fiksi karena ada kata “non” di sana. Jadi tulisan nonfiksi
adalah cerita yang berdasarkan kenyataan, bukan imajinasi penulisnya, dan bukan
rekaan. Jenis tulisan yang termasuk ke dalam nonfiksi antara lain buku agama, feature, artikel, berita,
otobiografi, buku-buku panduan (how to), buku pelajaran, skripsi, jurnal
ilmiah, dll.
Apa saja yang perlu
diperhatikan dalam penulisan buku nonfiksi?
- Tentukan
Tema
Tema memegang peran
penting dalam penulisan buku nonfiksi. Bidikan tema yang tepat bakal membuat
buku karya Anda setidaknya dilirik orang. Bahkan, buku-buku best seller
kebanyakan muncul dari tema yang tepat. Hal penting yang yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan tema tulisan adalah: Jangan sepelekan hal yang sepele! Jangan
melihat tema hanya dari kaca mata kita, lihatlah dari apa yang dibutuhkan dan
dirasakan orang lain. Potret saja yang dekat dengan keseharian kita. Contoh
paling dekat adalah buku-buku how to (panduan), hobi, dan pengalaman hidup,
misal panduan memasak, panduan komputer, turorial HP, panduan bercocok tanam
tanaman hias, panduan otomotif, pengetahuan, dll.
Jangan terlalu idealis
(ini penyakit kebanyakan para penulis pemula). Pilih tema yang tidak terlalu
berat, pilih tema yang praktis-praktis saja. Tema berat justru bikin pembaca
pusing tujuh keliling, akhirnya buku tak dibaca (masih untung, coba kalau tak
dibeli). Belum lagi harga buku menjadi sangat mahal (karena banyak keinginan
penulis yang bukunya ingin tampil wah dan eksklusif). Contoh buku-buku yang
lahir dari hal-hal yang “sepele”: berhitung dengan jari, mathmagic, humor, budi
daya belut, memperbaiki TV berwarna, memperbaiki komputer, kumpulan soal-soal
ujian, menu makanan sehari-hari, 100 tips antigagal bikin kue.
- Tentukan
Target Pembaca
Target pembaca sangat
penting ditetapkan dari awal tulisan dibuat. Mengapa? Karena dengan menetapkan
target pembaca kita dapat menentukan jenis buku seperti apa yang akan kita buat.
Hal ini berkaitan dengan gaya penyajian buku, pilihan kata, pilihan kalimat,
gaya bertutur, warna cover, ukuran buku, jenis kertas yang digunakan, dll.
Misal buku anak, ya disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan akrab
dengan dunia anak. Kalau ada ilustrasi yang gunakan ilustrasi yang “anak-anak
banget”, termasuk pilihan warnanya. Kalau ingin membuat text book untuk bahan ajar siswa atau untuk kuliah, ya sesuaikan
gaya penyajian dan materinya dengan garis besar kurikulum atau materi
perkuliahan. Bahasanya tentu lebih ilmiah dan akademis. Penggunaan
istilah-istilah ilmiah di sini sah-sah saja.
Kalau ingin membuat
buku-buku panduan (how to), sajikan
dengan bahasa yang praktis (istilah kerennya ilmiah populer). Tujuan penggunaan
bahasa ilmiah populer tak lain untuk mendekatkan diri ke pasar. Tulisan ilmiah
populer bersifat memberi informasi dan pemahaman kepada masyarakat awam, karena
itu masyarakat awam justru jangan dibikin tidak paham dengan penggunaan
istilah-istilah ilmiah atau asing.
Cara penuturan karya ilmiah populer
bebas. Boleh bercerita (naratif), melukiskan (deskriptif), memaparkan
(eksposisi), atau membahas (argumentatif) yaitu memaparkan ditambah dengan
penilaian kita agar dapat diterima atau disetujui oleh pembaca.
Gerak penulisannya juga dapat dipilih
sendiri oleh penulis, yakni deduksi
yang berangkat dari hal-hal umum menuju ke hal-hal khusus atau induksi yang berangkat dari hal-hal
khusus menuju ke hal-hal umum.
3.
Gali Informasi
Informasi bisa didapat
dari mana saja. Namun, informasi yang akurat harus pintar-pintar mencarinya.
Cara pencarian informasi bisa kita tiru dari metode yang diterapkan para
wartawan atau pekerja jurnalis. Agar data yang diperoleh benar-benar akurat,
kita bisa memadukan beberapa metode penggalian informasi berikut ini
3.1.
Observasi
Observasi adalah
mengamati secara detil sebuah objek dan menuangkannya dalam bentuk deskripsi.
Apa yang diamati? Bisa banyak hal, misalnya tingkah laku, aktivitas, lingkungan
sekitar kita, tempat, orang. Kegiatan observasi ini melibatkan seluruh
pancaindra. Diperlukan sensitivitas dan ketelitian untuk mengamati sebuah
objek. Catat apa yang dirasakan oleh panca indra dan interpretasikan. Segela
sesuatu yang berkaitan dengan objek harus diungkap.
Dengan observasi kita
dapat memperoleh keuntungan:
1. Dapat melihat
peristiwa atau hal-hal yang kurang mendapat perhatian.
2. Menggali hal-hal
yang belum didapat ketika wawancara.
3. Karena melihat
keadaan sekitar, kita dapat memahami nilai, sikap, kebiasaan.
3.2.
Wawancara
Mewawancarai orang
lain membutuhkan teknik khusus. Jangan sampai objek yang kita wawancarai merasa
canggung, grogi, tak nyaman. Buat suasana wawancara santai. Jangan terlalu
formal. Buat seperti sedang mengobrol. Mau diselingi dengan bercanda (untuk
mencairkan suasana) juga boleh. Kondisi yang kurang santai membuat informasi
yang diperlukan tidak keluar. Namun sebelumnya, kenali dulu karakter nara
sumber yang akan kita wawancarai. Baca sebanyak mungkin buku atau cari
informasi mengenai topik yang akan kita angkat untuk diwawancarai agar
pembicaraan dengan nara sumber bisa nyambung
dan gak malu-maluin. Afdolnya, buat list
pertanyaan. Namun ingat, pertanyaan ketika wawancara sangat bisa berkembang,
karena itu jangan terlalu berpatokan pada list pertanyaan yang telah disusun.
Ini juga penting: catat atau rekam hasil wawancara.
3.3.
Studi Pustaka
Studi pustaka
dilakukan dengan mengumpulkan data atau informasi dari berbagai bahan bacaan,
bisa dari buku, majalah, surat kabar, tesis, skripsi, jurnal ilmiah, modul
pengajaran, dll. Cari bahan pustaka yang mendukung tema yang akan ditulis.
Keuntungan dari studi pustaka adalah kita dapat mencari informasi secara lebih
detil dan lebih banyak ketimbang observasi dan wawancara. Artinya, studi
pustaka bisa melengkapi data yang tidak kita dapat ketika observsi atau
wawancara. Jangan lupa mencantumkan sumber bacaan ke dalam daftar pustaka atau
catatan kaki. Ingat, jangan meng-copy
paste, tulisan orang lain. Jangan dikutip mentah-mentah. Tapi susun dengan
kalimat Anda sendiri.
3.4.
Internet
Di era teknologi
informasi seperti saat ini, keberadaan internet menjadi sangat vital. Karena
dengan surfing di internet, semua
informasi dapat kita akses dengan gampang. Ibaratnya, mau cari apa saja, bakal
Anda temukan di internet. Namun, informasi yang berserakan di internet,
kadang-kadang tak menyebutkan siapa penulisnya. Kendati demikian, sumber
alamatnya (source) sangat jelas. Boleh lakukan ATM (Amati, Tiru, Modifikasi),
tapi jangan dicopy mentah-mentah. Bisa berabe
nantinya.
4.
Buat Outline
Outline berisikan
daftar rencana isi naskah dan urut-urutannya. Seberapa penting outline bagi
penulis? Kalau menurut saya, outline sangat penting, malah mungkin wajib! Mengapa? Simak saja manfaat outline berikut
ini:
- Lewat outline tulisan kita dapat lebih terarah dan
sistematis.
- Sangat memudahkan kita menyusun sebuah tulisan.
- Menjadi tahu apa yang kita tulis.
- Bisa menulis tidak harus dari urutan bab.
- Lebih cepat memutuskan, bagian mana yang akan
ditambah, dan bagian mana yang akan dibuang.
5.
Menulislah, Baru Diedit!
Mulai menulislah dari
mana saja, tidak harus dari bab satu, ke bab dua, dst. Anda bisa memulainya
dari bab yang Anda kuasai juga boleh. Menulsilah secara cepat, jangan diedit,
jangan menambahkan referensi apa pun dalam tulisan Anda. Setelah selesai
menulis cepat, baru Anda baca lagi, Anda atur sistematikanya, Anda tambahkan
informasi dari referensi dan hasil wawancara/observasi, terakhir Anda tinggal
mengeditnya.

* Hasil rangkuman beberapa materi seminar penulisan Kelompok Agromedia Grup
yang ditulis Lukito Umar, Windy Aristanti, Endro Wahyono dkk. Disampaikan
kembali untuk materi seminar penulisan di UIN tanggal 2 Juni 2012.
* Pemateri adalah Penggiat perbukuan sejak
tahun 2001, sempat pengelola
Toko Buku (Beranda, Alinea), Pemasaran dan Promosi Penerbit (Lentera Dipantara,
Jendela, Pinus), Direktur EO Pameran Buku (PT. Buka Buku Production) yang telah
menggarap 72 event pameran buku nasional di Pulau Jawa dan Sumatera,dan kini
dipercaya sebagai Redaktur Pelaksana Penerbit Indonesia Tera (sebuah penerbit
di Jogjakarta yang bergerak di bidang bahasa, kamus, penunjang pelajaran,
hobby, ketrampilan dan kewanitaan dll di bawah Kelompok Agromedia Grup). Tulisanya tentang pengembangan pasar buku di daerah banyak di muat di
berbegai media massa lokal di Jawa dan Sumatera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar